REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Calon presiden petahana, Joko Widodo, mengaku heran dirinya kerap dianggap dan diisukan anti terhadap ulama. Padahal, Jokowi merasa dekat dengan para ulama.
''Presiden itu antiulama. Lho...lho...lho... saya itu masuk ke pondok pesantren berapa kali, hari ini dengan ulama,'' kata Joko Widodo saat berpidato dalam acara 'Deklarasi Akbar Ulama Madura Bangkalan' di Gedung Serba Guna Rato Ebuh, Bangkalan, Rabu (19/12).
Dalam kunjungannya ke Jawa Timur tersebut, Jokowi berkeliling keluar masuk pondok pesantren di wilayah Jombang. Ia bersilaturahim dengan pimpinan, pengasuh, dan santri di Pesantren Darul 'Ulum, Pesantren Tebuireng, Pesantren Denanyar, dan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.
Jokowi pun menyebut Keppres Hari Santri merupakan bukti lainnya yang menegaskan bahwa dia tidak anti ulama. Jika anti ulama, maka tidak mungkin ia akan dengan gampang menandatangani Keppres tersebut.
''Yang menerbitkan Keppres Hari Santri tanggal 22 Oktober itu siapa?'' tanya Presiden Jokowi di acara yang dihadiri sederet ulama dari seluruh Madura itu. ''Lho kalau kita anti ulama, enggak mungkin ada Hari Santri.''
Pemilihan KH Ma'ruf Amin sebagai pasangannya di Pilpres 2019 menjadi bukti lainnya Jokowi dekat dengan ulama. Jokowi bersama timnya memilih sosok dari kalangan ulama.
''Dan juga wakil presiden. Kita milih saja wakil presiden KH Prof Ma'ruf Amin. Beliau Ketua MUI. Beliau juga Rais Aam di NU. Lah kok dibalik-balik. Ini kan dibalik-balik namanya. Kalau enggak saya jawab, dibolak-balik lagi,'' kata Jokowi.