Kamis 03 Jan 2019 03:17 WIB

Asian Games Berlalu, Kali Item Kini Berbusa dan Kembali Bau

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau Kali Sentiong yang berbusa.

Petugas PPSU membersihkan Kali Item/ Kali Sentiong yang ditutupi jaring di kawasan Wisma  Atlet, Kemayoran Jakarta Pusat, Jumat (5/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Petugas PPSU membersihkan Kali Item/ Kali Sentiong yang ditutupi jaring di kawasan Wisma Atlet, Kemayoran Jakarta Pusat, Jumat (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Farah Noersativa

Bau tak sedap menusuk hidung ketika Republika turun dari kendaraan yang berhenti di samping Kali Sentiong, Sunter, Jakarta Utara atau Kali Item. Kali beberapa waktu lalu saat persiapan perhelatan Asian Games itu ramai diperbincangkan karena bau itu, ternyata sampai saat ini masih memiliki bau tak sedap walaupun sudah tak seramai dulu.

Asian Games dan Asian Para Games telah berlalu. Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sempat menutup kali itu dengan kain waring agar tak terlalu bau. Tak hanya itu, pemasangan alat nano bubble pun juga dilakukan oleh Pemprov untuk mengurangi bau tak sedap dari kali sepanjang 1,5 kilometer itu.

Namun, pemandangan tak biasa justru muncul akhir-akhir ini. Kali Sentiong pada Rabu (2/1) sore muncul busa-busa sabun pada buangan di Kali Sentiong. Busa-busa itu keluar secara masif dari sebuah lubang pembuangan.

Busa putih itu nampak seperti busa sabun yang timbul saat mencuci pakaian. Namun, yang berbeda, busa itu keluar bersamaan dengan bau yang tak sedap.

Warga yang bermukim di samping Kali Sentiong terlihat biasa melihat kali itu muncul busa-busa berwarna putih. Mereka terlihat seperti menganggap hal itu adalah hal yang sering ada di sekitar mereka.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Adji turut memantau rumah pompa Danau Sunter yang alirannya mengalir menuju ke Kali Sentiong. Ditemui di lokasi, Isnawa menuturkan, busa tersebut berasal dari campuran limbah deterjen yang berasal dari rumah tangga.

Saat pompa bekerja, alat pompa akan bergerak secara cepat. Hal inilah yang membuat busa-busa putih timbul sehingga terbawa menuju ke Kali Sentiong.

Kandungan deterjen yang ada dalam air tersebut berjenis hard detergent. Artinya, deterjen tersebut memiliki kandungan yang keras.

"Jadi tipikal limbah sisa deterjen di Indonesia itu kebanyakan menggunakan tipe hard deterjen dengan kadar yang keras, ditambah orang Indonesia percaya deterjen itu harus ada busa yang sifatnya keras," kata Isnawa.

Isnawa menjelaskan, sebenarnya Indonesia telah memiliki standar nasional yang mengatur kandungan deterjen bubuk yang tertuang pada aturan SNI 4594 tahun 2010. Dalam aturan itu, disebutkan mengenai standar pH larutan 1,0 persen itu antara 9,5 sampai 11.

Standar lainnya, adalah deterjen tidak larut dalam air maksimal 10 persen. Lalu, kadar surfaktan minimal 14 persen, dan biodegradasi surfaktan minimal 80 persen, serta kandungan fosfat maksimal 15 persen.

Dia menerangkan, bila di negara-negara maju, deterjen tipe keras itu tak lagi dipakai oleh masyarakatnya. Masyarakat di negara maju seperti di Australia telah menggunakan soft detergent atau deterjen bertipe lembut.

“Jadi kalau kita bandingkan dengan negara-negara maju mereka sudah menggunakan yang namanya soft detergent di mana tidak ada kandungan fosfat. Di kita masih menggunakan batasan-batasan yang pada tahap deterjen yang digunakan pasti akan menghasilkan busa, dan biasanya tidak ramah lingkungan,” kata dia.

Dia berharap deterjen yang beredar di DKI Jakarta adalah deterjen yang ramah lingkungan. Sehingga, busa yang dihasilkan bisa berdampak positif kepada lingkungan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pun turut memantau kali Sentiong yang dikabarkan berbusa. Dia yang saat itu berjalan-jalan di sekitaran Kali Sentiong sambil menyapa warga setempat itu, membenarkan busa Kali Sentiong berasal dari limbah rumah tangga.

"Terkait dengan Kali Sunter tadi kita lihat bahwa limbah deterjen dari berbagai sumber khususnya rumah tangga itu sangat luar biasa tinggi (intesitasnya)," kata Anies.

Oleh karena pompa yang bekerja, maka air di Kali Sentiong seperti diaduk sehingga mengeluarkan busa. Karena memiliki kadar deterjen yang tinggi, maka dia pun menyebut akan melakukan penanganan secara komprehensif.

"Karena saat ini mau tidak mau kita harus melakukan pemompaan dan saat itu muncul busanya. Busa itu muncul karena setiap pompa itu dinyalakan. Cuma karena nggak ada yang motret maka nggak menjadi perhatian. Inilah kenyataan selama ini yang perlu diperbaiki," jelas Anies.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement