Senin 07 Jan 2019 04:00 WIB

Theresa May: Penentuan Brexit Lewat Debat

Theresa May mengajukan rencana Brexit ke Parlemen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Inggris Theresa May berbicara selama konferensi pers di akhir KTT Uni Eropa di Brussels, Ahad (25/11) waktu setempat. Pemimpin negara Uni Eropa berkumpul untuk menyepakati perpisahan blok tersebut dengan Inggris pada tahun depan.
Foto: AP
Perdana Menteri Inggris Theresa May berbicara selama konferensi pers di akhir KTT Uni Eropa di Brussels, Ahad (25/11) waktu setempat. Pemimpin negara Uni Eropa berkumpul untuk menyepakati perpisahan blok tersebut dengan Inggris pada tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan debat tentang Brexit di Dewan Perwakilan Inggris atau House of Common akan segera dilakukan. Ia berjanji akan melipat gandakan usahanya agar dapat memenangkan debat tersebut itu. 

May juga mengatakan ia akan menetapkan langkah-langkah baru di Irlandia Utara. Selama ini, urusan perdagangan dan imigrasi dengan Irlandia Utara yang menjadi terhambatnya kesepakatan Brexit. Selain itu, May berjanji akan membiarkan suara anggota parlemen dalam menentukan negosiasi perdagangan masa depan. 

"Debat akan dimulai pada pekan depan dan akan berlanjut pada pekan berikutnya, tapi akan menunda pemungutan suara.," kata May di BBC seperti dilansir dari the Guardian, Sabtu (6/1). 

May juga memperingatkan kedua belah pihak anggota parlemen yang berselisih pendapat tentang Brexit. Ia mengatakan dengan menentang rencana Brexit yang ia ajukan para anggota parlemen dapat membahayakan perekonomian dan kepercayaan terhadap demokrasi.  

May mengatakan referendum kedua artinya tidak menghormati rakyat yang memilih Brexit di referendum 2016. Dalam kesempatan ini, May tidak mengungkapkan kapan ia akan melepaskan jabatannya sebagai perdana menteri. 

"Sebelum Natal saya sudah jelaskan dua hal kepada rekan-rekan saya; pertama, saya tidak akan melakukan pemilihan cepat dan kedua saya tidak akan memimpin partai pada pemilu 2022," kata May. 

May mengatakan rekan-rekannya di partai ingin ia menyelesaikan Brexit, sesuatu yang kini sedang ia lakukan. Ia juga menyelesaikan agenda yang telah ia buat saat mulai menjabat sebagai perdana menteri. 

May juga tidak ada rencana alternatif lainnya demi menghargai hasil referendum 2016, melindungi pekerjaan dan memberikan kepastian kepada warga dan pengusaha Inggris. May mengatakan beberapa anggota parlemen Inggris ada yang tetap ingin mempertahankan hasil referendum 2016 tapi kini justru ingin membuat referendum kedua. 

"Memberikan suara untuk memicu pasal 50 dan mendukung manifesto untuk menjalankan Brexit, sekarang ingin menghentikan kami dengan membuat referendum lainnya," kata May. 

May mengatakan para anggota House of Common terlalu fokus dengan visi Brexit. Sehingga mereka membenturkan antara membuat kesepakatan yang sempurna dengan kesepakatan yang bagus. May mengatakan kedua belah pihak terlalu termotivasi dengan apa yang menurut mereka terbaik untuk Inggris. 

"Tapi kedua belah pihak harus sadar risiko yang mereka jalankan dengan demokrasi kami dan kehidupan konsitituen," kata May. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement