REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban Afghanistan pada Selasa (8/1) mengatakan mereka telah membatalkan pembicaraan perdamaian dengan para pejabat Amerika Serikat di Qatar pekan ini.
Taliban beralasan adanya ketidaksepakatan dalam agenda pembahasan terutama menyangkut keterlibatan para pejabat Afghanistan serta kemungkinan gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Sebelumnya, pembicaraan perdamaian dijadwalkan akan digelar pada Rabu selama dua hari, menurut pernyataan beberapa pejabat Taliban kepada Reuters. Namun, kelompok gerilyawan itu menolak para pejabat Afghanistan bergabung dalam pembicaraan.
Duta Besar AS di Kabul John Bass pada Rabu mencuit bahwa laporan-laporan soal pembicaraan antara AS dan Taliban "tidak akurat". Ia menambahkan, "Taliban perlu berbicara kepada sesama rakyat Afghanistan seperti layaknya mereka berbicara kepada media."
Pernyataan terpisah yang dicuitkan oleh Kedutaan Besar AS untuk Afghanistan menekankan bahwa pembicaraan antara pihak-pihak Afghanistan sangat penting dilakukan guna dapat menyelesaikan konflik.
Kementerian Luar Negeri AS kemudian mengumumkan bahwa Utusan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad akan memimpin delegasi antarlembaga ke India, Cina, Afghanistan, dan Pakistan mulai 8 Januari. Delegasi itu akan melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi pemerintah setiap negara untuk "memudahkan penyelesaian politik antara pihak-pihak Afghanistan".
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Khalilzad terus mengkoordinasikan upayanya dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah, serta pihak-pihak terkait lainnya di Afghanistan.
"Tujuan AS adalah untuk memajukan dialog di antara pihak-pihak di Afghanistan soal bagaimana mengakhiri konflik, serta mendorong mereka berkumpul di meja perundingan guna mencapai penyelesaian politik," bunyi pernyataan itu.
Perang di Afghanistan merupakan intervensi militer Amerika paling lama di luar negeri. Perang tersebut telah membuat Washington mengeluarkan hampir 1 triliun dolar AS (lebih dari Rp1,4 kuadriliun) serta menewaskan puluhan ribu orang.
Laporan bulan lalu, bahwa Presiden Donald Trump akan menarik ribuan tentara AS dari Afghanistan, telah memunculkan ketidakpastian di Kabul. Afghanistan bergantung pada Amerika Serikat serta negara-negara kuat lainnya untuk mendapat bantuan dan pelatihan militer.
Seorang narasumber di Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa para pejabat AS telah bersikeras agar Taliban bertemu dengan para pejabat Afghanisan di Qatar. Sumber itu mengatakan "kedua pihak tidak setuju soal menyatakan gencatan senjata pada 2019."
Seorang pemimpin Taliban sebelumnya mengatakan bahwa pembicaraan di Qatar, yang seharusnya akan menjadi putaran keempat dengan Khalilzad, akan membahas masalah penarikan pasukan AS, pertukaran tahanan, serta pencabutan larangan bepergian bagi para pemimpin Taliban.
Sumber-sumber di Taliban mengatakan mereka meminta AS membebaskan 25 ribu tahanan dan, sebagai imbalannya, mereka akan membebaskan 3.000 tahanan. Tapi, pejabat-pejabat AS dikabarkan tidak ingin membahas pertukaran tahanan pada tahap ini.