REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi tingginya curah hujan yang terjadi di Bandung dan sekitarnya. BMKG memperkirakan jika hujan akan turun dengan intensitas sedang hingga tinggi.
"Potensi hujan paling tidak sampai Februari hingga awal Maret dengan intensitas sedang dan lebat," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo di Jakarta, Ahad (13/1).
Prediksi cuaca serupa juga masih akan terjadi di Indonesia bagian barat terlebih di selatan garis ekuator. Prabowo mengatakan, kawasan tersebut memang masih pada posisi musim penghujan yang diperkirakan memasuki masa puncak pada Januari atau Februari 2019.
Prabowo mengatakan, curah dan intensitas hujan yang terjadi juga dapat bervariasi. Ini, dia melanjutkan, mengingat luasnya wilayah Indonesia sehingga satu tempat dengan tempat lainnya bisa saja berbeda dampak.
Namun, Prabowo melanjutkan, BMKG belum bisa memprediksi kemungkinan akan terjadinya angin kencang hingga puting beliung di suatu wilayah. Begitu juga dengan titik-titik yang perlu diwaspadai akan dilintasi puting beliung tersebut.
Dia mengatakan, peristiwa puting beliung merupakan kejadian berskala mikro. Dia melanjutkan, dibutuhkan jaringan pengamatan yang rapat untuk bisa mendeteksi daerah-daerah yang akan diterjang angin tersebut.
BMKG tapi sudah mampu memprediksi siklon tropis yang akan terjadi di Indonesia. Dia mengatakan, siklon tropis memiliki siklus hidup yang panjang dibanding puting beliung yang hanya terjadi sekitar dua hingga tiga menit di wilayah kecil dari daerah tertentu.
Lebih jauh, Prabowo mengibaratkan jika puting beliung merupakan ikan teri dalam sebuah siklon tropis. "Istilahnya kalau mau jaring ikan teri ya tidak bisa pakai jala untuk jaring ikan bandeng, kira-kira seperti itu," kata Prabowo lagi.
Meski demikian, dia mengatakan, puting beliung berpotensi terjadi di daerah yang kering di tengah musim penghujan dua hingga tiga hari. Lanjut Prabowo, di hari keempat atau kelima awan akan tumbuh cukup kuat sehingga berpotensi untuk terjadi angin kencang.
Puting beliung akan terjadi bergantung pada gesekan dengan permukaan bumi. Dia meneruskan, daerah berpermukaan kasar yang artinya ada banyak bangunan itu lebih berpotensi terjadi puting beliung dibanding daerah berpermukaan halus seperti kawasan terbuka.
"Dengan kekasaran tadi embusan angin dibelokkan makanya muncul gesekan, memang tidak serta merta terjadi di daerah bergesekan tapi dia bisa bergeser sehingga lokasi terjadinya di tempat lain," papar Prabowo.
Biasanya kalau frekuensi dan intensitas hujan turun cukup banyak maka potensi untuk terjadi puting beliung akan berkurang. Dia mengatakan, ini menyusul sudah mulai jenuh air di permukaan tanah sehingga perbedaan suhu yang mencolok akan terminimalisasi.
"Karena biasanya secara karakteristik, dengan adanya perbedaan suhu atmosfer dan permukaan ini yang bisa menimbulkan angin kencang," katanya
Seperti diketahui, puting beliung menerjang Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Jumat (11/1). Penanganan hingga kini masih terus dilakukan. Untuk memudahkan penanganan darurat maka Pemerintah Kabupaten Bandung telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, yaitu Sabtu (12/1) hingga Jumat (18/1).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun hingga Jumat Sore dampak puting beliung di Rancaekek tercatat satu orang luka berat, 15 orang luka ringan dan 82 KK terpaksa mengungsi. Angin, dia melanjutkan, juga merusak 640 unit rumah warga.
Sementara itu puting beliung juga terjadi di beberapa daerah seperti di Wonogiri, Karanganyar, Cepu, Boyolali, Yogyakarta. Meski dampak yang ditimbulkan tidak banyak namun penanganan darurat masih dilakukan oleh BPBD dan aparat lain khususnya penanganan pohon tumbang, perbaikan rumah, bantuan logistik dan lainnya kepada masyarakat terdampak.