REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menilai, pemerintah perlu memastikan harga jagung dan ketersediaannya di pasar terus stabil. Sebab, apabila keduanya mengalami fluktuasi, akan menyebabkan peningkatan harga-harga bahan pangan protein yang dikonsumsi masyarakat, seperti daging ayam, telur ayam dan daging sapi.
Untuk itu, Ilman menuturkan, pemerintah perlu mengevaluasi beberapa hal dalam tata niaga jagung. Di antaranya terkait penyebaran benih jagung ke petani.
Pada paruh pertama 2018, Ilman mencatat, konsumsi jagung untuk pakan ternak mencapai 8,6 juta ton yang setara dengan lebih dari 70 persen total konsumsi jagung di Indonesia pada periode tersebut. Sementara itu pada periode 2009-2018, konsumsi jagung untuk pakan ternak meningkat sebanyak 477.780 ton per tahun.
“Untuk mengatasi kekurangan suplai, pemerintah menjalan program Upaya Khusus (UPSUS) dengan membagikan benih jagung hibrida gratis hanya bisa meningkatkan hasil produksi jagung sebanyak 294.440 ton per tahun,” tuturnya melalui siaran pers, Selasa (15/1).