REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Moch Hisyam
Suatu ketika, di majelis Rasulullah SAW ada seorang sahabat yang dilanda kegelisahan. Hal itu disebabkan oleh hati dan pikirannya selalu memikirkan Rasulullah SAW. Ia berpikir, bila kematian menjemputnya atau menjemput Rasulullah SAW, ia tidak akan dapat lagi bertemu dengan orang yang dicintainya.
Lantas sahabat itu pun mengadukan kegundahannya kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya mencintaimu lebih dari mencintai nyawa, harta, dan keluarga saya sendiri. Jika saya berada di rumah maka saya selalu memikirkanmu. Saya tidak dapat bersabar sehingga saya berjumpa denganmu.”
“Saya berpikir, bagaimana jadinya jika saya tidak dapat menjumpaimu lagi, karena engkau pasti akan meninggal dan saya juga. Kemudian, engkau akan mencapai derajat para nabi (anbiya), sedangkan saya tidak. Itulah yang selalu saya pikirkan. Saya tidak akan bersamamu lagi.”
Mendengar penuturan dari sahabatnya itu, Rasulullah SAW hanya berdiam diri, tidak menjawab. Tak lama kemudian, datanglah Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada beliau.
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin (jujur), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui.” (QS an-Nisa [4]: 69-70).
Ketika turun ayat di atas, dengan perasaan gembira Rasulullah SAW memanggil para sahabat Ansar dan menyampaikan kabar gembira tersebut kepada mereka, bahwa orang yang mencintai Rasul kelak Allah SWT akan mengumpulkan dan mempertemukan mereka dengan Rasul.
Kisah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang yang mencintai Rasulullah SAW akan mengantarkannya dapat berkumpul bersama Rasulullah SAW di akhirat kelak.
Beberapa orang sahabat Nabi SAW, di antaranya, Ibnu Mas'ud RA, Abu Musa al-Asy'ari RA, Shafwan RA, dan Abu Dzar RA, telah meriwayatkan hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan ini. “Seseorang akan berada di Yaumil Mahsyar bersama dengan orang yang dicintainya.”
Hal ini disebabkan oleh orang yang mencintai Rasulullah SAW akan menjadikan dirinya selalu membaca shalawat atas Nabi SAW, berakhlak dengan akhlaknya dan menghidupkan berbagai sunahnya.
Hal inilah yang menjadi sebab ia akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya, yakni Rasulullah SAW. “Barang siapa menghidupkan sunahku, berarti ia mencintaiku; dan barang siapa mencintaiku maka ia bersamaku di surga.”
(HR Tirmidzi dan Thabrani). Wallahu a'lam.