REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kemiskinan di provinsi ini pada September 2018 turun 0,13 poin, dibanding Maret 2018. Yakni dari 10,98 persen menjadi 10,85 persen.
Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono mengatakan, penurunan itu juga ditunjukkan dengan turunnya jumlah penduduk miskin sebesar 40,44 ribu jiwa, yakni dari 4.332,59 ribu jiwa menjadi 4.292,15 ribu jiwa pada September 2018. Sementara ditinjau secara wilayah, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan 0,08 poin persen dan di perdesaan turun 0,09 poin persen.
Teguh mengatakan, beberapa faktor yang membuat penurunan itu antara lain terjadi inflasi umum sebesar 0,95 persen selama periode Maret-September 2018. Kemudian selama periode Maret-September 2018 beberapa komoditi makanan juga mengalami perubahan indeks harga konsumen (IHK), seperti beras yang mengalami penurunan 3,47 persen.
Penurunan indeks juga terjadi pada komoditi gula pasir, cabe rawit, cabe merah, bawang merah dan bawang putih. "Selain itu, indeks upah buruh tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 4,30 persen, yaitu dari 144,46 pada Maret 2018 menjadi 148,76 pada September 2018," katanya.
Sementara berdasarkan hasil Susenas, lanjut Teguh, pada periode September 2018, garis kemiskinan meningkat sebesar 2,99 persen atau naik Rp11.176,- per kapita per bulan, yaitu dari Rp373.574 per kapita perbulan pada Maret 2018 menjadi Rp384.750 per kapita perbulan pada September 2018.
Teguh menjelaskan, kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 3,72 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 2,02 persen.