Selasa 29 Jan 2019 10:48 WIB

Aktivis 66 Rahman Tolleng Wafat karena Sakit Komplikasi

Jenazah tokoh pergerakan Rahman Tolleng akan dikebumikan di Ciburial Bandung

Rep: Farah Noersativa/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana rumah duka almarhum A Rahman Tolleng di Jalan Cipedes Tengah, Kota Bandung. Aktivis pergerakan 66 ini meninggal dunia pada Selasa (29/1) pagi.
Foto: Zuli Istiqomah
Suasana rumah duka almarhum A Rahman Tolleng di Jalan Cipedes Tengah, Kota Bandung. Aktivis pergerakan 66 ini meninggal dunia pada Selasa (29/1) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh pergerakan Rahman Tolleng meninggal dunia pada Selasa (29/1). Mantan aktivis demokrasi itu wafat karena sakit komplikasi gagal ginjal, jantung, dan gula.

Istri mendiang Rahman menjelaskan waktu meninggalnya mantan aktivis itu adalah pada Selasa pukul 5.25 WIB. Mendiang suaminya dibawa ke RS Abdi Waluyo pada Senin (28/1) kemarin.

"Sudah di rumah sakit sejak kemarin sore," kata Tati saat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Selasa pagi.

Mendiang suaminya, menurut Tati telah mengidap komplikasi tersebut sejak belasan tahun yang lalu. Tati menuturkan, jenazah Rahman yang telah disemayamkan di Rumah Sakit abdi Waluyo itu akan dimakamkan pada Selasa siang di Ciburial, Bandung.

“Pemakaman di Bandung, dan dimandikan di Bandung jam 1 siang nanti,” kata Tati.

Sebelumnya, Tati menuturkan mendiang Rahman telah mengeluhkan sesak nafas pada Senin kemarin. Ia pun lalu dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat di ruang ICU.

Rahman meninggalkan seorang istri dan dua anak serta tiga cucunya. Menurut pantauan Republika, jenazah telah diberangkatkan dari RS Abdi Waluyo menuju ke Bandung sekitar pukul 09.00 pagi tadi.

Turut hadir pula untuk melayat sejumlah kerabat mendiang Rahman di RS Abdi Waluyo. Di antaranya adalah mantan Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Indonesia Bersatu, Rachmat Witoelar dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Persatuan Nasional Sarwono Kusumaatmadja.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِۚ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.”

(QS. Al-An'am ayat 152)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement