REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bakal terus melakukan pengembangan inovasi untuk melayani masyarakat. Inovasi itu salah satunya dilakukan dengan digitalisasi dan otomatisasi peralatan.
"Di usianya yang ke-72 tahun, BMKG telah melakukan banyak inovasi. BMKG yang dipimpin oleh Dwikorita Karnawati sekarang sedang mengembangkan inovasi di bidang pelayanan melalui teknologi informasi lompatan 4.0, digitalisasi, dan otomatisasi peralatan dengan didukung SDM andal," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Akhmad Taufan Maulana, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (2/2).
Taufan menjelaskan, inovasi tersebut mencakup banyak aspek. Kata dia, salah satu inovasi terbaru BMKG adalah National Digital Forecast.
Program tersebut, ujar Taufan, diluncurkan pada 2018 dan memiliki beberapa produk seperti produk cuaca event khusus Jakarta-Palembang pada Asian Games 2018, Peta Iklim (Hari Tanpa Hujan, Prakiraan dan Analisis Hujan Bulanan), dan Informasi Titik Panas (GeoHotsp).
Selain itu, ada informasi cuaca dengan jangkauan daerah prakiraan cuaca pada setiap kecamatan. "Kemudian, peningkatan waktu prakiraan dari 3 hari menjadi 7 hari ke depan dengan jangka waktu prakiraan setiap 3 jam dari sebelumnya setiap 6 jam," kata Taufan.
Dia mengatakan, semua produk layanan BMKG tertuang pada sebuah aplikasi. Masyarakat bisa mengunduhnya di Google Play serta Apple Store. "Di aplikasi tersebut kami sajikan data terbaru setiap saat," ujar Taufan.
Taufan kemudian mengisahkan terbentuknya BMKG yang saat ini sudah berusia 72 tahun. Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841, diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, seorang kepala rumah sakit di Bogor. Tahun demi tahun, kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Pasca Kemerdekaan, pada 21 Juli 1947 berdirilah Jawatan Meteorologi dan Geofisika. Kemudian tahun 2008 barulah ditetapkan menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Meskipun nama BMKG baru diresmikan pada tahun 2008, namun tanggal 21 Juli 1947 ditetapkan menjadi Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nasional.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement