REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rizky Jaramaya
ABU DHABI -- Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Selasa (5/2). Pemimpin tertinggi umat Katolik itu memimpin misa yang diikuti sekitar 130 ribu umat Katolik di Stadion Zayed Sports City, Abu Dhabi. Kunjungan bersejarah tersebut diharapkan meningkatkan hubungan umat Nasrani dan Muslim di dunia.
Sejak agama Islam bersemi di Semenanjung Arab lebih dari 14 abad silam, ini pertama kalinya seorang paus Katolik menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Pontifex yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu memenuhi undangan dari Kerajaan Abu Dhabi. Kerajaan bertekad menjadikan kunjungan itu sebagai langkah bersejarah antara umat Islam dan Kristiani.
Undangan tersebut dilayangkan berbarengan dengan niatan Uni Emirat Arab menjadikan tahun ini sebagai “Tahun Toleransi”.
“Kita sudah belajar dari ratusan ribu kematian dan jutaan pengungsi di wilayah ini bahwa sektarianisme; serta kepicikan ideologi, kebudayaan, dan keberagamaan; hanya membuat api kemarahan makin berkobar. Kita harus mulai belajar, mengajarkan, dan mempraktikkan toleransi dan menanamkannya pada anak-anak kita melalui pendidikan dan contoh nyata,” kata Perdana Menteri UEA Syekh Mohammed bin Rashid al-Maktoum dalam keterangan resminya.
Paus Fransiskus bertolak dari Vatikan dan tiba di Abu Dhabi pada Senin (4/2). Sebelum berangkat, pastor asal Argentina itu sempat meminta para pemimpin di Teluk untuk menyudahi peperangan di Yaman demi nasib anak-anak di wilayah tersebut.
Arti penting kunjungan tersebut tak luput dari sorotan media-media di Semenanjung Arab yang menjadikannya berita sampul. Arabnews, situs berita Arab Saudi, juga mengabarkan soal kemungkinan Paus Fransiskus mengunjungi komunitas Kristen di bagian utara Kerajaan Saudi.
Kedatangan Paus Fransiskus juga tak lepas dari kondisi keberagamaan di Timur Tengah belakangan, utamanya selepas Amerika Serikat membombardir Irak pada 2003 silam. Serangan yang berlandaskan informasi palsu soal senjata pemusnah masal dan ditentang berbagai negara tersebut berandil menciptakan konflik sektarian yang kian kental di Irak yang kemudian menular ke wilayah sekitarnya.
Kondisi kedamaian di Timur Tengah yang terus merosot sejak serangan AS ke Irak tersebut kemudian membuat ruang bagi munculnya kelompok-kelompok radikal, seperti ISIS, yang tak jarang memersekusi komunitas Kristiani di Timur Tengah.
Sementara itu, misa pada Selasa (5/2) disebut sebagai ibadah umat Kristiani terbesar di Semenanjung Arab sepanjang sejarah. Stadion yang berkapasitas tempat duduk sekitar 43 ribu orang tersebut sudah terisi penuh sejak pagi hari.
Di luar stadion pihak penyelenggara juga telah menyediakan layar raksasa. Sorak-sorai dan nyanyian “Viva il Papa” mengiringi Paus Fransiskus ketika memasuki stadion.
Adapun misa tersebut dihadiri oleh umat Kristiani dari 100 negara, termasuk 4.000 Muslim dari berbagai federasi Muslim. Jumlah umat Katolik di UAE sekitar satu juta orang dari total populasi sembilan juta jiwa.
Sebagian besar umat Katolik merupakan warga negara India dan Filipina yang bekerja dalam bidang perminyakan hingga konstruksi. Jumlah warga asing di tanah Arab memang tergolong tinggi.