REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial Permadi Arya melayangkan somasi kepada Facebook. Bahkan pria yang dikenal dengan nama Abu Janda itu, memberikan waktu empat hari kepada Facebook sejak Jumat (8/2) lalu untuk menjawab somasinya.
Somasi dilayangkannya Abu Janda lantaran akun Facebook-nya yang telah diblokir. Serta nama baiknya yang dianggap telah tercoreng karena dianggap sebagai sindikat Saracen oleh Facebook.
Menanggapi somasi yang diajukan Abu Janda, Facebook pun angkat bicara. Facebook melalui juru bicaranya memberikan pernyataan singkat terkait somasi Abu Janda tersebut.
“Prioitas kami adalah meminimalisir kekuatan grup Saracen untuk menggunakan akun, halaman, dan grup yang disusupi serta mencegah kemungkinan yang berbahaya,” kata Juru Bicara Facebook Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, pada Selasa (12/2).
Facebook juga meminta kepada pemilik sah dari suatu akun atau halaman yang merasa terdampak untuk segera menghubungi pihaknya. Kendatipun telah melakukan penutupan terhadap ratusan akun grup maupun individu, Facebook mengaku terbuka apabila diminta untuk mengaji kembali.
“Apabila pemilik sah dari akun, halaman, dan grup yang terdampak agar segera menghubungi kami. Kami terbuka untuk menelaah dan mengkaji akun mereka kembali,” ujar Juru bicara Facebook Indonesia.
dilansir di laman Newsroom.fb.com, Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook, Nathaniel Gleicher, mengumumkan Facebook menghapus 207 halaman, 800 akun, 546 grup di situs sosial media itu. Facebook menyatakan akun, grup dan halaman itu terlibat dalam perilaku tidak otentik yang terkoordinasi di Facebook di Indonesia.
Artinya, akun, grup, dan halaman tersebut disebut menyesatkan orang lain tentang sosok atau aktivitas di sosial media Facebook. “Semua halaman, akun, dan grup ini ditautkan ke grup Saracen, sindikat daring di Indonesia,” kata Gleicher.
Facebok menyebut sejumlah akun, grup, dan halaman yang dihapus seperti, Permadi Arya (halaman), Kata Warga (halaman), Daeknet ID (halaman), Berita Hari Ini (grup), dan AC Milan Indo (grup). Gleicher mengatakan Facebook mencatat halaman, grup, dan akun itu berdasarkan perilaku di sosial media, bukan konten posting atau unggahan.
Dalam hal ini, orang-orang di belakang kegiatan ini berkoordinasi satu sama lain, dan menggunakan akun palsu untuk merepresentasikan diri mereka sendiri, dan itu adalah dasar dari tindakan kami,” ujar Gleicher.
Dia menegaskan Facebook terus berupaya mendeteksi dan menghentikan jenis aktivitas itu. Sebab, Facebook tidak ingin layanannya digunakan untuk memanipulatif orang lain.
Facebook menyatakan pengumuman penghapusan itu merupakan salah satu langkah untuk mencegah penyalahgunaan platform situs mereka. “Kami akan terus berinvestasi dalam keselamatan dan kemanan, memastikan bahwa orang dapat terus mempercayai koneksi yang mereka buat di Facebook,” kata Gleicher
Permadi Arya masih menunggu respons dari Facebook untuk memulihkan nama baik dan akun halaman Facebooknya itu. Dia pun menunggu respons Facebook hingga Kamis pascadirinya melayangkan somasi kepada Facebook pada Jum’at (8/2) pekan lalu.
Kendati demikian, Permadi mengatakan usai dirinya melayangkan somasi, Facebook telah membuat pernyataan susulan bahwa akan menginvestigasi kembali terkait penghapusan sejumlah halaman, akun dan grup di media sosial itu. “Setelah kita kirim somasi mereka kasih respons ya, kita akan dalami lagi, akan investigasi lagi bukan tidak mungkin ditinjau ulang. Tapi kalau Facebook arogan, kita tempur sudah di pengadilan dan saya akan polisikan juga,” tuturnya.