REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) bekerja sama dengan Forest For Life Indonesia untuk pengolahan sampah organik dengan lalat tentara hitam. Ketua Forest For Life Indonesia Hadi Pasaribu mengatakan pengolahan sampah organik sering menjadi persoalan masyarakat selama ini. Namun dengan adanya teknologi menggunakan lalat tentara hitam, sampah organik akan menjadi sesuatu yang bermanfaat.
"Hasil dari pengolahan sampah ini pengolahan larva menjadi pakan ternak, pupuk cair, gas, dan pupuk padat," ujar Hadi saat bertemu Gubernur NTB Zulkieflimansyah di Kantor Pemprov NTB, Kamis (14/2).
Hadi menambahkan teknologi pengolahan sampah dengan sistem lalat tentara hitam hanya bisa dikembangkan di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. "NTB merupakan tempat pengembangan pertama di Indonesia yang bekerja sama langsung dengan pemerintah. Walaupun sudah ada di beberapa tempat namun sifatnya privat," kata Hadi.
Pengolahan sampah dengan teknologi tentara lalat hitam ini akan dipusatkan di Dusun Bebae, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Gubernur NTB Zulkieflimansyah berharap program ini mampu menyelesaikan persoalan sampah organik agar menjadi lebih bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Zul menyambut baik kehadiran teknologi pengolahan sampah dengan teknologi lalat tentara hitam ini. Dia menginginkan program ini dapat dikembangkan di seluruh kabupaten dan kota di NTB.
"Inovasi ini sejalan dengan program pemerintah saat ini, yaitu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat yang dikenal dengan program zero waste," ucap Zul.
Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) NTB Niken Saptarini Widyawati menyambut baik terobosan teknologi tersebut. "PKK NTB akan mendukung penuh dengan memberikan edukasi kepada msyarakat agar bisa memilih sampah organik dan nonorganik mulai dari tingkat rumah tangga, sebagai sumber penghasilan sampah utama," ujar Niken. Niken juga berharap, kehadiran teknologi tersebut mampu mengatasi persoalan sampah di NTB.