REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto mengatakan, untuk menuntaskan masalah kemacetan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) dibutuhkan jalur rel light rail transit (LRT) sepanjang 200 kilometer (km). Saat ini, pengerjaan tahap pertama baru selesai 44 km.
"Idealnya jalur LRT ada sepanjang 200 km, tapi pada tahap pertama ini kami selesaikan 44 km. Baru selanjutnya ke tahap 82 km," kata Budi Harto di Jakarta, Jumat (15/2).
Menurut Budi, perkembangan kota Jakarta dan sekitarnya sangat pesat. Sehingga, pergerakan masyarakat menggunakan transportasi pribadi semakin meningkat.
Oleh karena itu, kajian pertama kali LRT langsung disepakati pemerintah untuk segera dibangun. Bahkan, Budi membandingkan nilai kerugian kemacetan saat ini bila dialihkan berinvestasi LRT.
"Misalnya dibandingkan untuk memilih investasi, kerugian pembakaran BBM selama kemacetan sepanjang tahun mencapai Rp 30 triliun, padahal satu rangkaian LRT investasi sekitar Rp 27 triliun, di mana satu gerbong dapat mengangkut 120 orang," katanya.
Namun, Budi mengingatkan bahwa proses investasi LRT juga tidak semudah memikirkan untung dan rugi sebuah investasi bisnis. Menurutnya, banyak kajian yang harus dipertimbangkan.
Sampai dengan 8 Februari 2019 progres pembangunan prasarana LRT Jabodebek tahap satu telah mencapai 58,3 persen. Rinciannya adalah lintas pelayanan 1 Cawang - Cibubur 78,5 persen, pprogres lintas pelayanan dua Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 46,1 persen, dan lintas pelayanan tiga Cawang-Bekasi Timur 52,8 persen.
Pemilihan jalur layang selain alasan teknis adalah untuk menghindari konflik sosial. Pasalnya, pembebasan lahan untuk satu titik di Pancoran, Jakarta, saja memakan waktu hingga 1,5 tahun sehingga efisiensi waktu dianggap sebagai pertimbangan yang tepat.