REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pengadilan Myanmar menjatuhkan hukuman mati atas dua pria yang terlibat pembunuhan terhadap seorang pengacara Muslim terkemuka, Ko Ni, Jumat (15/2). Ia merupakan penasihat pemimpin pemerintah Aung San Suu Kyi dan advokat untuk mengubah konstitusi yang dirancang militer.
Ko Ni, 63 tahun, ditembak mati di Bandar Udara Internasional Yangon, dua tahun lalu. Dua orang juga dijebloskan ke dalam penjara karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan itu, yang menaikkan keprihatinan mengenai transisi Myanmar menuju demokrasi setelah selama beberapa dekade di bawah kekuasaan militer.
Majelis hakim di pengadilan distrik di bagian utara Yangon menjatuhkan hukuman mati terhadap penembak Kyi Lin dan seorang mantan perwira militer yang dituduh merekrutnya, Aung Win Zaw, karena membunuh Ko Ni, kata Hakim Ye Lwin. Ia tak langsung terlibat dalam perkara itu tetapi menyebutkan amar putusan tersebut kepada wartawan.
Para hakim menjatuhkan hukuman mati atas para terdakwa karena kejahatan termasuk pembunuhan, tetapi tak ada hukuman-hukuman telah dilakukan selama beberapa dekade.
Kyi Lin ditangkap di tempat kejadian setelah pembunuhan Ko Ni ketika para pengemudi taksi berhasil melumpuhkannya. Ia juga dijatuhi hukuman penjara selama 23 tahun karena membunuh salah seorang pengejarnya, pengemudi Nay Win, dan dakwaan-dakwaan lain, kata Ye Lwin.
"Keduanya punya tujuh hari untuk memutuskan apakah akan banding atau tidak. Saya akan tanya mereka," kata pengacara Kyaw Kyaw Htike kepada wartawan di luar pengadilan.
Seorang yang diduga bersekongkol, Aung Win Khine, yang saudara dari tersangka pembunuh Aung Win Zaw, dan dituduh mengambil prakarsa persekongkolan pembunuhan itu, masih buron.
Seorang mantan perwira militer lain, Zeyar Phyo, dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena membantu Aung Win Khine menghancurkan bukti-bukti kejahatan itu, menurut Ye Lwin.
Saudara lelaki dari keluarga yang sama, Aung Win Tun, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena menyembunyikan seorang pelaku, kata hakim itu.
Satu laporan khusus Reuters pada Desember mengungkap hubungan erat antara kelompok mapan keamanan dan Zeyar Phyo. Keempat pria tersebut dibawa keluar pengadilan menuju mobil polisi yang sudah menunggu.
Ketika amar putusan sampai ke kerumunan massa di luar gedung pengadilan, dua pendukung Ko Ni berteriak sebagai bentuk protes, memperingatkan bahwa mereka memandang hukuman yang ringan bagi para terdakwa itu merupakan preseden berbahaya.
"Ini tidak adil sama sekali," teriak mereka.
Pembunuhan pengacara tersebut mengagetkan partai Liga Nasional bagi Demokrasi yang dipimpin Aung San Suu Kyi dan komunitas Muslim di Myanmar.