Jumat 22 Feb 2019 03:14 WIB

Kurangnya Pengetahuan Membuat Ortu Sembarang Membeli Susu

Himpunan PAUD Indonesia menilai persoalan pengetahuan gizi harus cepat dituntaskan

Anak minum susu formula di botol (ilustrasi).
Foto: Dokumen Republika
Anak minum susu formula di botol (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa yang dapat diberikan kepada anak bila ibu tak punya cukup uang untuk membeli susu? Pertanyaan itu kerap mengemuka di tengah pembicaraan tentang kebutuhan gizi anak. Sudah bukan rahasia lagi bila harga susu terbilang mahal bagi sebagian masyarakat.

Sementara susu adalah elemen penting dalam tumbuh kembang anak. Lalu bagaimana bila kondisi ekonomi keluarga tak memungkinkan untuk membeli susu? Ketua Himpunan PAUD Indonesia Netty Herawaty dalam sebuah kesempatan menceritakan, ada kecenderungan orang tua memberikan anak minuman yang menyerupai susu, apabila mereka tidak sanggup membeli susu. Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan nutrisi anak. 

“Karena pengetahuan mereka rendah, mereka tidak paham tentang susu dan ditambah lagi ekonomi mereka juga rendah. Nah, susu itu identik dengan putih. Maka pada saat  ekonominya lagi nggak ada sementara anak butuh susu, maka dicari solusi yang menurut anak itu putih,” tutur Netty berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (21/2)

Salah satu yang ditemukan Netty saat melakukan pengumpulan data di Riau adalah orang tua yang mencampur tepung terigu dengan air dan gula. Campuran terigu tersebut diberikan orang tua kepada anak sebagai pengganti susu, karena warnanya yang putih dan identik dengan susu. 

“Saya kaget waktu menemukan itu, sampai segitunya gitu lho pemahaman tentang susu. Sampai nggak punya susu, harus cari yang seolah olah susu buat anak. Bisa jadi, bahwa susu kental manis akan dianggap solusi bagi orang-orang seperti ini. Bahkan kental manis lebih enak juga, sudah dalam bentuk sachet danr asanya manis,” ungkap Netty prihatin. 

Persoalan pengetahuan masyarakat akan gizi anak inilah yang menurut Netty harus cepat dituntaskan. Pengetahuan orang tua rendah, ekonomi keluarga juga rendah. Namun mereka menydari satu hal, bahwa anak mereka butuh susu. Hal inilah yang akan menjadi penyebab pemberitaan tentang anak kurang gizi dan stunting masih akan mewarnai isu kesehatan di Indonesia. 

Lebih lanjut, Netty meminta agar masyarakat dapat melindungi dirinya sendiri dengan cara mengedukasi para pengambil keputusan.“Bila pengambil keputusan dalam keluarga sudah teredukasi, maka apapun yang ditawarkan (iklan) kepadanya dia tidak akan pakai,” jelas Netty. 

Ia tak menampik bahwa masyarakat saat ini masih jarang membaca label produk. Karena itu, menurutnya akan lebih jitu lagi setelah mengedukasi, pemeirntah membuat aturan yang sifatnya mengamankan.

Kesulitan lainnya yang juga harus dihadapi adalah produsen akan membela diri bahwa produk tersebut (susu kental manis) diproduksi bukan untuk anak, namun bila orang tua memberikan untuk anak bukan salah produsen. “Yang terjadi adalah saling lempar,” pungkas Netty.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement