REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sudah tiba di Cina pada Kamis (21/2). Ia akan bertemu Presiden Cina Xi Jinping.
Pertemuan itu diharapkan bisa memperkuat citra Arab Saudi yang tercoreng secara internasional karena kasus pembuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Turki pada tahun lalu. Rencananya MBS berkunjung selama dua hari di Beijing.
Pertemuan tersebut juga akan fokus pada kesepakatan energi untuk Cina serta perjanjian ekonomi regional. Hal itu sejalan dengan Beijing's Belt and Road Initiative (BRI), yakni inisiatif infrastruktur Xi yang menjangkau Asia Tenggara, Selatan, Tengah, hingga ke Afrika.
"Kepemimpinan di Riyadh dan Beijing mungkin menyadari pentingnya hubungan strategis mereka di bidang energi dan upaya terbaru telah mendorongnya menuju kerja sama di bidang lain," ujar Pakar Timur Tengah dan Afrika Utara Ayham Kamel seperti dilansir Aljazirah, Jumat, (22/2). Cina merupakan mitra dagang terbesar Arab Saudi dengan total nilai perdagangan barang sebesar 63,3 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Selama kunjungan kenegaraan besar terakhir oleh Raja Salman dari Arab Saudi pada 2017 lalu, kedua pihak menandatangani kesepakatan bernilai sekitar 65 miliar dolar AS. Kesepakatan itu sebagian besar terkait energi serta teknologi.
"(MBS) sedang mencari cara untuk membangun kepercayaan yang lebih besar dengan kepemimpinan Cina. Dia ingin menunjukkan kalau memiliki pilihan di luar Barat dan menunjukkan ia tetap menjadi jantung lingkaran kepemimpinan dan raja Arab Saudi berikutnya," tutur Kamel.
Selain audiensi dengan Xi, putra mahkota dijadwalkan bertemu Wakil Perdana Menteri Dewan Negara Han Zheng yang akan memimpin pertemuan Komite Bersama Tingkat Tinggi Cina-Saudi. Hanya saja pertemuan itu kemungkinan dibatalkan.