Ahad 24 Feb 2019 07:52 WIB

Mengikuti Keseruan Karnaval Busana Mandalika

Karnaval Mandalika 2019 lebih ramai karena seluruh kota/kabupaten mengirim wakilnya

Sejumlah peserta menggunakan kostum bertemakan Putri Mandalika saat mengikuti Parade Budaya Festival Pesona Bau Nyale 2019 di Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (23/2/2019). Parade budaya yang menampilkan kesenian serta atraksi budaya dari Kabupaten dan Kota se NTB tersebut merupakan rangkaian Festival Pesona Bau Nyale 2019.
Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Sejumlah peserta menggunakan kostum bertemakan Putri Mandalika saat mengikuti Parade Budaya Festival Pesona Bau Nyale 2019 di Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (23/2/2019). Parade budaya yang menampilkan kesenian serta atraksi budaya dari Kabupaten dan Kota se NTB tersebut merupakan rangkaian Festival Pesona Bau Nyale 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Nursyamsyi/Wartawan Republika

Suhaimi memilih berugak, sebuah bale khas suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk meneduhkan diri sejenak dari teriknya matahari di tepi Jalan Gajah Mada, Kecamatan Praya, Lombok Tengah, pada Sabtu (23/2).

Meski sudah menunjukan pukul 15.30 WITA, teriknya matahari tak jua memudar. Suhaimi yang mengenakan Sapuk atau ikat kepala bagi laki-laki Sasak, dan kain tenun khas Lombok yang dililitkan di pinggang, tampak gusar lantaran tak lama lagi rombongannya sudah harus bergegas untuk mengikuti parade budaya busana, Mandalika Fashion Carnaval atau Karnaval Busana Mandalika yang digelar di sepanjang Jalan Gajah Mada.

Suhaimi yang merupakan seorang guru begitu antusias mengikuti parade budaya bersama rekan-rekan guru dan anak muridnya di SMP 4 Praya Barat Daya. 

"Meneduh dulu mumpung belum jalan," ujar Suhaimi saat berbincang dengan Republika.

Meski hanya seorang guru, Suhaimi mengaku sangat bersemangat saat membahas soal pariwisata. Undangan parade budaya pun tak dia lewatkan. Dengan melibatkan para pelajar, kata Suhaimi, menjadi pembelajaran yang baik agar para pelajar mengenal potensi daerahnya sendiri. Menurut Suhaimi, sektor pariwisata cukup banyak mengubah wajah Lombok Tengah, terutama dari sisi perekonomian warga. 

"Sektor pariwisata sangat berdampak bila kita maksimalkan. Hal ini terlihat dari perekonomian Lombok Tengah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk juga untuk mengentaskan kemiskinan," kata Suhaimi.

Suhaimi mendukung langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah yang terus memaksimalkan potensi wisata. Kata Suhaimi, Lombok Tengah memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan wilayah lain. Keberadaan bandara internasional, Politeknik  Pariwisata (Poltekpar) Negeri Lombok, dan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika yang semuanya berada di Lombok Tengah harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar mendorong kesejahteraan masyarakat.

"Tinggal sekarang bagaimana kita, warga Lombok Tengah, lebih berupaya lagi menggali potensi lain yang kita miliki, baik dari segi budaya dan industri kreatif lainnya," lanjut dia penuh semangat.

Suhaimi mengaku tidak pernah absen mengikuti parade budaya, Karnaval Busana Mandalika. Untuk karnaval tahun ini, kata dia, tampak lebih semarak lantaran Festival Pesona Bau Nyale 2019, di mana Karnaval Busana Mandalika menjadi bagiannya, ditetapkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai salah satu kalender pariwisata nasional 2019.

"Tahun ini lebih ramai karena seluruh kabupaten dan kota di NTB mengirimkan wakilnya. Jadi bisa terlihat keragaman budaya yang ditampilkan. Kalau tahun-tahun sebelumnya hanya dari Lombok Tengah saja. Ayo dah, saya mau masuk rombongan," ucap Suhaimi dengan tergesa-gesa untuk masuk barisan parade budaya.

Antusias yang sama ditunjukan Annisa Khaerani. Perempuan berusia 17 menjadi salah satu peraga busana hasil desainer dari Karnaval Busana Jember. Tak heran jika tampilannya sangat mencolok dan begitu megah.

Meski busana yang digunakan tampak berat, Annisa mengaku sangat menikmati peragaan busana ini. Kata Annisa, busana yang dia kenakan tidak berat karena sudah dirancang khusus sehingga begitu ringan saat dikenakan.

"Cara menggunakannya juga mudah, tidak sampai sepuluh menit kalau sudah diatur ya tinggal pasang aja," kata Annisa. 

Annisa mengatakan, busana yang diperagakan tidak sekadar menampikan kesan menarik, melainkan juga mengandung filosofi. Annisa yang tampil bersama rekan-rekannya yang alumni Terune-Dedare (sebutan Abang-None di Lombok) mengatakan busana yang ditampilkan menonjolkan kearifan lokal Lombok seperti mengandung nilai-nilai pesta buah atau panen bagi para petani.

Annisa tak menampik jika cuaca panas membuatnya cukup lelah. Namun, sambutan masyarakat yang begitu antusias untuk berfoto membuatnya begitu semangat.

"Seru, meski panas-panas tapi senang melihat masyarakat tumpah ruah dan terlihat bahagia," kata Annisa. 

Cuaca panas memang tidak bisa dihindarkan. Pantauan Republika, beberapa penari yang tidak mengenakan alas kaki begitu kewalahan lantaran langsung bersentuhan dengan aspal jalan. Beruntung panitia dengan sigap menyiram aspal untuk meringankan beban para penari dan durasi tarian pun tampak dipercepat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement