REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alqur'an (PTIQ), Prof Nasaruddin Umar, MA, mengungkapkan jumlah peminat terhadap pendidikan Alqur'an di universitas di Jakarta ini meningkat tiga kali lipat. Ia mengatakan, daftar tunggu dari peminat di PTIQ kini lebih lama lantaran banyaknya calon mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan di sana. Namun, PTIQ sendiri membatasi jumlah mahasiswanya.
"Peminat dari calon mahasiswa meningkat, PTIQ digemari banyak orang. Apalagi karena adanya permintaan untuk mahasiswa perempuan, PTIQ akhirnya membuka kelas perempuan," kata Ustaz Nasaruddin, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (25/2).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ustaz Nasaruddin mengatakan PTIQ tidak lagi menerima mahasiswa dari sisa-sisa pendaftar yang tidak lulus di perguruan tinggi negeri seperti UIN. Menurutnya, kini PTIQ justru mengadakan tes lebih dulu, yakni satu bulan sebelum dimulainya tes di UIN Jakarta. Bahkan, menurutnya, banyak pendaftar yang tidak lulus di PTIQ kemudian masuk ke perguruan tinggi lain.
Prof Nasaruddin menuturkan, jumlah maksimum mahasiswa di PTIQ setiap tahunnya ialah sebanyak 500 sesuai dengan kapasitas asrama. Namun, tahun ini PTIQ akan menambah kuota mahasiswa menjadi 600. Penambahan itu seiring dengan dibukanya dua kelas untuk perempuan, yang tahun ini memasuki tahun keduanya. Dari jumlah 600 mahasiswa itu di antaranya 500 laki-laki dan 100 perempuan.
Dalam mengembangkan dan menghasilkan lulusan PTIQ yang berkualitas, Ustaz Nasaruddin mengatakan universitas ini melakukan penguatan bahasa Inggris bagi mahasiswanya. Hal itu karena imam-imam yang dihasilkan dari PTIQ banyak dibutuhkan oleh banyak masjid di Indonesia dan Asia Tenggara.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa permintaan imam dari PTIQ bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan, ia mengungkapkan peminat terhadap imam-imam dari PTIQ juga banyak datang dari Eropa dan Amerika.
"PTIQ mensuplai imam di Eropa, Amerika, dan negara tetangga. Jumlah penganggur PTIQ semakin berkurang seiring banyaknya permintaan akan imam dari Indonesia," lanjutnya.
Di luar negeri, imam-imam tersebut tidak hanya memimpin shalat. Akan tetapi, mereka juga menikahkan, memberi fatwa, dan memberikan wasiat.
Selain itu, Ustaz Nasaruddin mengatakan bahwa permintaan akan imam dari PTIQ juga banyak datang dari negara-negara Arab seperti Qatar. Menurutnya, negara-negara Arab lebih memilih imam dari Indonesia daripada negara tetangga seperti Mesir. Alasannya, menurutnya, karena imam dari Indonesia dianggap memiliki pandangan yang moderat.