REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah riwayat, disebutkan peristiwa Abu Bakar As-Siddiq RA menemui Aisyah Ummu al-Mukminin. Abu Bakar bertanya tentang perbuatan yang dilakukan Rasul SAW dan belum sempat dijalaninya.
Aisyah mengatakan, setiap pagi Rasul SAW senantiasa pergi ke sudut pasar di Madinah. Kemudian, beliau memberi serta menyuapi seorang pengemis Yahudi yang buta. Padahal, setiap harinya pula si pengemis Yahudi ini mencaci maki Rasul SAW dan berkata kepada setiap orang untuk menjauhi Nabi Muhammad SAW agar orang-orang tidak terpengaruh.
Maka, Abu Bakar pun bergegas meniru perilaku Rasul SAW, yakni mendatangi, memberi makan, serta menyuapi Yahudi tersebut. Maka, ketika Abu Bakar sedang menyuapi, dengan serta-merta si Yahudi membuang makanan yang diberikan.
''Siapa kamu?'' tanyanya kepada Abu Bakar.
''Orang yang biasa menyuapi kamu setiap paginya,'' jawab Abu Bakar.
''Bukan. Kamu bukan orang yang sering memberi dan menyuapi makan,'' tegas si Yahudi. ''Bila aku hendak makan, orang itu selalu melunakkannya dulu baru menyuapinya ke dalam mulutku. Kamu pasti bukan orang itu,'' lanjut Yahudi.
Abu Bakar pun menangis. Usahanya untuk meniru perbuatan Rasul SAW tak mampu dilaksanakannya dengan baik. Lantas, ia menjawab, ''Orang yang biasa memberimu makan dan menyuapi itu kini sudah wafat.''
''Lalu, kamu siapa?'' tanya Yahudi lebih lanjut.
''Aku sahabatnya.''
''Mengapa kamu melakukan perbuatan ini?'' tanya Yahudi lagi.
''Aku ingin mencontoh akhlaknya,'' jawab Abu Bakar.
''Memangnya, siapa orang itu?'' tanya Yahudi.
''Dia adalah Muhammad, Rasul SAW,'' jawab Abu Bakar.
Kemudian, orang Yahudi ini ketakutan dan tak menyadari bahwa orang yang selama ini ia caci maki dan ia hina justru mendatanginya setiap hari dan memberinya makan, bahkan menyuapinya tanpa ada rasa marah dan benci. Maka, disaksikan oleh Abu Bakar as-Siddiq bahwa si Yahudi ini pun lantas mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Allahu Akbar.
Dari kisah di atas, tampak kemuliaan dan keagungan dari akhlak Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ketika Abu Bakar berusaha untuk mencontohnya--memberi makan si Yahudi--ia pun kesulitan melakukannya, bahkan tidak sedetail yang biasa dilakukan oleh Rasul SAW. Maka, ia pun menangis karena belum bisa melakukannya sebaik Rasul SAW.