Senin 04 Mar 2019 18:52 WIB

Terjadi Karhutla, KLHK Meminta Warga tak Tanam Sawit

KLHK meminta beralih menanam tanaman alternatif yang miliki daya jual seperti sawit

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karhutla Perkebunan Sawit Riau: Kebakaran hutan dan lahan perkebunan sawit rakyat terjadi di sejumlah tempat di Desa Bukit Kerikil Bengkalis dan Desa Gurun Panjang di Dumai, Dumai Riau, Senin (25/2/2019).
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Karhutla Perkebunan Sawit Riau: Kebakaran hutan dan lahan perkebunan sawit rakyat terjadi di sejumlah tempat di Desa Bukit Kerikil Bengkalis dan Desa Gurun Panjang di Dumai, Dumai Riau, Senin (25/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih terjadi di Provinsi Riau dan Kalimantan, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles Botestes Panjaitan mendorong masyarakat untuk beralih menanam tanaman alternatif yang memiliki daya jual seperti sawit.

Menurutnya, pembukaan lahan tanaman sawit menimbulkan struktur tanah menjadi kering dan kerap menyulut kebakaran. Dia juga menyebut KLHK bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan pendampingan kepada masyarakat yang hendak melakukan pembukaan lahan.

Baca Juga

“Yang perlu dicatat, sejak era Menteri Siti Nurbaya, tidak ada satupun izin pembukaan lahan sawit yang diberi. Tetapi, kami justru ingin memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menanam tanaman jenis lain,” katanya saat dihubungi Republika, Senin (4/3).

Beberapa rekomendasi jenis tanaman yang dapat ditanam warga oleh KLHK antara lain karet, sagu, aren, hingga jelatung. Hal itu, kata dia, juga disesuaikan dengan lokasi lahan yang dimiliki masyarakat. Dia menjelaskan, ke depan, pemerintah akan fokus mengubah pola pikir masyarakat terkait penanaman jenis tanaman alternatif.

Sementara itu terkait titik api di wilayah Riau, Raffles mengklaim bahwa dari 10 titik api yang ada, KLHK bersama BNPB telah berhasil meredam beberapa titik kobaran api. Menurutnya, hingga kini kondisi persebaran titik api mulai dapat terpantau dan cenderung dapat dijinakkan dengan baik.

“Sekarang yang tersisa hanya tinggal dua titik, yang masih agak besar ada di wilayah Meranti. Tadi saya baru cek dengan helikopter, jadi ini info terbaru yang akurat,” kata dia.

Kendati demikian, status siaga karhutla di Riau masih diberlakukan. Sebab, kata dia, status siaga yang berlaku merupakan salah satu bentuk antisipasi dan kesiagaan petugas di lapangan. Berdasarkan aturan BNPB, status siaga karhutla menjadikan petugas dapat mengendalikan sejumlah alat-alat kesiapsiagaan seperti helikopter dan bumbu bom air.

Status serupa juga masih berlangsung di Kalimantan. Dia mengakui, meski titik api belum mereda seperti yang ada di Riau, dengan adanya status siaga KLHK bersama BNPB terus memantau titik-titik kobaran api agar tidak meluas.

“Memang di sana (Kalimantan) belum padam betul, tapi kami pastikan itu titik apinya tidak melebar,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement