Selasa 05 Mar 2019 06:25 WIB

Qlapa Tutup, Ekonom: E-Commerce Juga Perlu Inovasi

Qlapa yang telah ada hampir empat tahun mengumumkan penutupannya kemarin

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Perniagaan elektronik atau e-commerce.
Foto: Pixabay
Perniagaan elektronik atau e-commerce.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor e-commerce terus berkembang. Namun, tidak semua mampu bertahan dalam persaingan.

Beberapa e-commerce mampu menjadi unicorn, sementara lainnya justru tutup. "Yang paling utama sebetulnya adalah inovasi, kunci bertahan di sektor ini," kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho kepada Republika, Senin (4/3).

Baca Juga

Ia mengatakan, Tokopedia dan Bukalapak adalah e-commerce yang menjadi unicorn yang arahnya sudah super aplikasi. Artinya, kata dia, mereka tidak hanya berhenti pada menjual barang, tetapi juga integrasi jasa.

"Kita bisa bayar token PLN hingga zakat di dua marketplace ini. Mereka menawarkan aplikasi yang serba semua ada," katanya.

Sebaliknya, Qlapa dan MatahariMall justru redup. MatahariMall menurutnya hanya mengubah konsep offline store menjadi online store.

Padahal, ia melanjutkan, kunci keberhasilan bisnis Tokopedia dan Bukalapak adalah jejaring customer to customer (C2C) yang kuat karena ditopang oleh beragam insentif. "Bagaimana mereka menggunakan suntikan modal melalui strategi cash burning yang digunakan untuk memberikan insentif terutama bagi para pembeli, flash sale contohnya," kata dia.

Pada Senin (4/3) kemarin Qlapa yang telah ada hampir empat tahun mengumumkan penutupannya. E-commerce yang sejak awal konsisten memberdayakan perajin lokal ini bahkan sempat mendapat berbagai penghargaan.

Aplikasi mobile Qlapa dianugerahi sebagai Hidden Gem oleh Google Play dan dianugerahi sebagai salah satu start up dengan pertumbuhan paling menjanjikan oleh majalah Forbes Asia.

Layanan Qlapa tidak lagi tersedia mulai 2019. Melalui laman webnya, manajemen Qlapa menyampaikan bahwa mereka sangat senang telah menyalurkan puluhan miliar rupiah hasil penjualan kepada para perajin yang menjadi mitra mereka.

"Sedikit-banyak kami telah berperan dalam mempromosikan produk-produk buatan tangan para perajin Indonesia. Tim kami telah menjalani banyak hal yang menyenangkan dan kami telah berusaha memberikan yang terbaik," tutur Qlapa.

"Kami tidak dapat membuat Qlapa menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan," ujar Qlapa menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement