Rabu 06 Mar 2019 18:05 WIB

76 SMK Pertanian Tingkatkan Kompetensi

Peran SMK-PP dalam mencerdaskan generasi muda pertanian cukup signifikan.

Red: EH Ismail
Rapat Teknis Menengah Pertanian 2019 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/3).
Foto: Humas BPPSDMP Kementan.
Rapat Teknis Menengah Pertanian 2019 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Sebanyak 76 Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) berkumpul dan menggelar Rapat Teknis Menengah Pertanian 2019 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/3).

Rapat dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dan dibuka langsung Kepala BPPSDMP Momon Rusmono yang didampingi Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arsanti.

Menurut Momon, rapat bertujuan menegaskan komitmen bersama untuk meningkatkan peran SMK-PP dalam mencetak SDM pertanian yang kompeten. “SDM yang kompeten sangat penting untuk mendukung visi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di masa mendatang,” kata Momon.

\Momon menjelaskan, BPPSDMP Kementerian Pertanian membina 76 SMK-PP di seluruh Indonesia. Sebagian besar di antaranya adalah SMK-PP milik pemerintah daerah atau yayasan. Dari jumlah tersebut, hanya 3 SMK-PP yang dimiliki dan dikelola langsung oleh Kementan, yaitu SMK-PP Sembawa (Sumatra Selatan), SMK-PP Banjarbaru (Kalimantan Selatan), dan SMK-PP Kupang (Nusa Tenggara Timur).

Pendidikan menengah pertanian yang diselenggarakan oleh SMK-PP di seluruh Indonesia, kata Momon, ditujukan untuk menyiapkan generasi muda pertanian yang terampil dan kompeten. “Nah, untuk menyiapkan profil lulusan sebagaimana diperlukan oleh dunia usaha dan dunia industri, maka proses pembelajaran diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.”

Momon melanjutkan, Kementan memiliki tanggung jawab dalam menyiapkan generasi muda pertanian yang kompeten dan profesional tersebut. Salah-satunya melalui pembinaan dan pengembangan pendidikan menengah pertanian.

Hingga saat ini, peran SMK-PP dalam mencerdaskan generasi muda pertanian cukup signifikan. Rata-rata sebanyak 18 ribu siswa menempuh pendidikan di SMK-PP dan setiap tahunnya mampu meluluskan rata-rata 7.000 siswa yang siap bekerja di dunia usaha/dunia industri atau menjadi wirausahawan muda pertanian.

Melalui kerja sama dan kemitraan yang baik dari masing-masing sekolah dengan industri pasangannya, sebagian besar lulusan SMK-PP dapat diserap oleh pasar kerja pada tahun pertama setelah kelulusan. Tingginya serapan lulusan SMK-PP tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang menekankan pada praktik ketimbang teori, sehingga lulusan memiliki kompetensi yang memadai.

Saat ini, kata Momon, tantangan pembangunan pertanian menuntut semua komponen di lingkup pertanian untuk berkontribusi dalam mewujudkan pencapaian sasaran strategis Kementan dalam meningkatkan pembangunan pertanian. Demikian pula pendidikan menengah pertanian dengan isu utama yang menjadi fokus pembinaan pendidikan menengah pertanian pada 2019 adalah “Revitalisasi Pendidikan Menengah Pertanian Unggulan Mendukung Pembangunan Pertanian”.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement