REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM – Pasangan senior Indonesia unggulan enam, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjuarai turnamen All England untuk kedua kalinya. Di babak final All England 2019, Hendra/Ahsan mengalahkan pasangan muda non-unggulan dari Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, Ahad (10/3).
Awal gim pertama, unggul 4-1. Tiga kesalahan beruntun Hendra, membuat sempat teringgal 4-5. Pasangan Malaysia terus memperlihatkan kepercayaan dirinya dalam melakukan serangan. Keunggulan mereka berlanjut dengan 6-11 di paruh gim pertama.
Usai jeda, Hendra/Ahsan belum bisa lepas dari tekanan. Mereka masih kerap melakukan kesalahan sendiri. Hendra/Ahsan juga tidak mampu menembus ketatnya pertahanan Aaron/Soh. Gim pertama dicuri pasangan Malaysia dengan 11-21.
Hendra/Ahsan berupaya melakukan serangan lebih dulu. Mereka lagi-lagi unggul dengan 5-0. Aaron/Soh berupaya mengejar dengan 7-4, 9-6 dan 11-6 di paruh gim kedua. Pasangan Malaysia berupaya melakukan bola-bola dropshot dan juga bola-bola setengah yang mampu mengecoh Hendra/Ahsan. Setelah sempat mendekat dengan 16-14, Hendra/Ahsan mampu memaksakan rubber game dengan meraih gim kedua dengan 21-14.
Di awal gim yang menentukan, pertandingan berjalan ketat. Kedudukan sempat imbang dengan 2-2 dan 4-4. Setelah itu, Hendra/Ahsan unggul 8-4, 9-7 dan 11-8 di paruh gim. Hendra/Ahsan terus menjaga keunggulan dengan 13-9, 15-10, 19-11 dan memenangkan pertandingan dengan 21-12.
Pertemuan ini merupakan yang ketiga kalinya untuk kedua pasangan. Di dua turnamen sebelumnya, Hendra/Ahsan selalu memenangkan pertandingan. Pertemuan terakhir mereka terjadi di babak pertama Indonesia Masters 2019 lalu.
Sebelumnya Hendra/Ahsan menjuarai turnamen bulu tangkis tertua ini pada 2014 lalu. Sedangkan bagi Aaron/Soh, langkah ke babak final di turnamen kelas Super 1000 ini merupakan prestasi tersendiri.
Pasangan ganda putra Malaysia yang terakhir ke final dan juara yaitu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di All England 2007. Prestasi Aaron/Soh ini ‘melangkahi’ seniornya yang sempat menjadi peringkat satu dunia yaitu Goh V Shem/Tan Wee Kiong.
Gelar juara Hendra/Ahsan ini juga melanjutkan langkah junior mereka, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang menjuarai All England pada 2017 dan 2018 lalu. Mereka gagal mencapai hattrick di turnamen ini setelah dikalahkan Juara Dunia 2017, Zhang Nan/Liu Cheng di babak pertama.
Hendra dan Ahsan ini juga merupakan pasangan yang sudah tidak muda lagi. Ahsan sudah 31 tahun, sedangkan Hendra sudah menapaki usia 34 tahun. Meski begitu, mereka tetap berkomitmen untuk tetap berupaya tampil hingga Olimpiade 2020 mendatang.
Hendra sendiri menjalani pertandingan dalam kondisi yang tidak baik. Hendra sempat mengalami cedera di betis kaki kanannya di babak semifinal melawan pasangan Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda pada Sabtu (9/3) lalu.
Gagal Hattrick
Turnamen All England 2019 ini rupanya menjadi ‘kutukan’ bagi pemain yang ingin menorehkan prestasi hattrick. Setelah Marcus/Kevin yang gagal setelah secara mengejutkan kalah di babak pertama, kini kegagalan juga dialami pemain tunggal putri unggulan pertama asal Cina Taipei, Tai Tzu Ying.
Tai Tzu Ying menjadi juara All England pada 2017 dan 2018 lalu. Kali ini di final, ia menghadapi pemain tunggal putri Cina unggulan tiga, Chen Yufei. Dengan keunggulan head to head dengan 11-0 tak dimanfaatkan Tai Tzu Ying dan malah mengalami kekalahan mudah dengan 17-21 dan 17-21. Chen Yufei mampu memecahkan ‘telur’ pada 11 pertemuan sebelumnya di turnamen sebesar All England.