REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum Perang Badar, Rasulullah SAW mengirimkan sejumlah tilik sandi (intelijen) untuk mewaspadai gerakan kaum kafir Quraisy, karena terus menerus mengganggu kaum Muslimin.
Rasul menunjuk pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, pada 1 Ramadhan 1 H
untuk menghadang pasukan kafir Quraisy yang kembali dari Syam (Suriah) dengan
pasukan sebanyak 300 orang. l Sebulan kemudian, tepatnya 1 Syawal 1 H, Rasul menunjuk Ubaidah bin al- Harits untuk menghadang kafilah dagang
Quraisy dengan jumlah pasukan 60 orang.
Pada 1 Dzulqa’dah 1 H, Rasul mengirim pasukan sebanyak 20 orang yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash untuk melakukan hal yang sama.
Bulan Safar 2 H, Rasul mengangkat Sa’ad bin Ubadah sebagai pejabat sementara
di Madinah untuk menggantikan posisi Rasul di Madinah. Rasul membawa 70 kaum muslimin untuk mengintai kaum Quraisy.
Bulan Rabiul Awal 2 H, Rasul membawa 200 orang untuk menghadang kabilah
dagang Quraisy yang dipimpin Umayyah bin Khalaf dan mengejar pasukan Quraisy
karena merampok hewan ternak milik umat Islam. Rasul menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pengganti posisi beliau di Madinah.
Bulan Rabiul Akhir 2 H, Rasul membawa sejumlah pasukan untuk menghadang
kafir Quraisy yang hendak pergi ke Syam. Urusan di Madinah diserahkan pada Abu
Salamah al-Makhzuny.
Bulan Rajab 2 H, Rasul mengirim pasukan ke Nakhlah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsyi untuk mengintai pasukan Quraisy.
17 Ramadhan 2 H, terjadilah Perang Badar.