Rabu 20 Mar 2019 12:08 WIB

WHO Butuh 5,3 Juta Dolar AS untuk Sistem Kesehatan Gaza

Aksi peringatan Great March of Return berpotensi menyebabkan jatuhnya korban.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Para pengunjuk rasa Palestina di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, bagian timur Gaza, Jumat (22/02/2019).
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Para pengunjuk rasa Palestina di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, bagian timur Gaza, Jumat (22/02/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) membutuhkan dana 5,3 juta dolar AS untuk membantu sistem kesehatan di Jalur Gaza yang rapuh. Dana tersebut juga diperlukan guna mengantisipasi digelarnya aksi peringatan Great March of Return yang berpotensi menyebabkan jatuhnya korban.

Menurut WHO, pendanaan sangat diperlukan guna memastikan sumber daya minimum tersedia untuk kebutuhan kesehatan yang mendesak serta peningkatan kualitas perawatan di Gaza, khususnya penanganan trauma pasien. “Setiap pekan, pasien yang terluka terus berdatangan ke rumah sakit yang membutuhkan perawatan jangka panjang yang kompleks,” kata kepala kantor WHO untuk wilayah Palestina yang diduduki Gerald Rockenschaub, dikutip laman kantor berita Palestina WAFA, Selasa (19/3).

Baca Juga

“Dukungan keuangan yang diminta akan membantu, tidak hanya untuk mengatasi kesenjangan layanan kritis, tapi juga memastikan bahwa kami dapat bekerja dengan mitra kami guna meningkatkan kapasitas perawatan untuk menyediakan perawatan penyelamatan langsung untuk kasus-kasus darurat serta memperkuat rehabilitasi,” ujar Rockenschaub.

Pada 2018, WHO mendukung Kementerian Kesehatan dan Masyarakatan Bulan Sabit Merah Palestina untuk meningkatkan titik stabilisasi trauma (TSPs) di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel. Tindakan itu dilakukan saat masyarakat Palestina di Gaza menggelar aksi Great March of Return. Kehadiran TSPs bertujuan agar warga yang mengalami luka-luka akibat tindakan represif pasukan Israel dapat segera dirawat.

Pada Maret tahun lalu, ribuan warga Gaza menggelar aksi Great March of Return. Mereka menuntut Israel mengembalikan tanah yang didudukinya pasca Perang Arab-Israel 1967. Tak hanya itu, warga Gaza juga menyuarakan protes atas keputusan Amerika Serikat (AS) memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.

Namun, aksi demonstrasi itu direspons secara represif dan brutal oleh pasukan Israel. Mereka membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Tak hanya itu, Israel pun menyiapkan penembak jitu untuk melumpuhkan dan membunuh warga yang berpartisipasi dalam aksi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement