REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE – Kota Cambridge, Inggris, akan segera memiliki tempat ibadah yang indah dan juga ramah lingkungan. Masjid tersebut dibangun oleh seorang arsitek terkenal Inggris, yang sebelumnya telah mendesain London Eye (Millenium Wheel) di Inggris.
Julia Barfield, namanya, arsitek yang menciptakan desain dari Masjid Cambridge. Umumnya, sebuah masjid dibangun dengan karakteristik gaya lokal. Begitu pula di Inggris, desain masjid kembali ke masa akhir abad ke-19.
Kendati masih belum jelas bagaimana gaya khas masjid Inggris, namun masjid di negara ini umumnya dibangun oleh permintaan untuk melayani sebanyak mungkin jamaah dalam anggaran yang terbatas.
Masjid di Inggris umumnya dibangun seperti sebuah kotak polos yang kemudian dihiasi dengan motif-motif yang mengacu pada negara asal utama jamaah, seperti halnya Ottoman untuk orang Turki dan Siprus, Moghul untuk orang-orang dari anak Benua India. Bahkan, masjid terkadang dibangun sesuai gaya dari mana sebagian besar dana berasal.
Dilansir dari The Guardian, Selasa (19/3), pembangunan masjid baru di Cambridge ini menelan biaya senilai 23 juta pound. Masjid yang terletak di Mill Road itu akan dibuka dalam beberapa pekan ke depan.
Masjid ini dibangun atas gagasan dari Timothy Winter atau juga dikenal sebagai Abdal Hakim Murad, seorang mualaf yang mengajar di University of Cambridge dan merupakan dekan di Cambridge Muslim College.
Masjid ini akan menampung hingga 1.000 jamaah dan akan melayani warga Muslim di kota itu pada umumnya.
Menurut Winter, pembangunan masjid Cambridge didanai lebih dari 10 ribu sumbangan yang besar dan kecil baik itu dari perorangan hingga pemerintah, seperti halnya Qatar.
Menurutnya, dua pertiga dari total sumbangan itu berasal dari sejumlah donor dari orang Turki, baik kalangan bisnis maupun pemerintah.
Winter mengatakan, hadiah-hadiah semacam itu datang tanpa ikatan, baik dalam hal pemilihan imam maupun arahan spiritual di masjid tersebut.
Winter dikenal karena penentangannya terhadap gambaran ekstremis tentang Islam dan keinginannya untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik antara mereka yang berada di dalam dan di luar agama Islam. Winter merupakan anak dari John Winter, seorang arsitek modernis yang peka dan terampil dalam salah satu ciptaannya, yakni sebuah balok baja dan kaca di tepi pemakaman Highgate di London. Winter juga dibesarkan di kota London.
Karena itu, tidak mengherankan jika mengingat latar belakangnya, Winter memiliki tujuan untuk mencapai integrasi sosial dengan komunitas lokal yang lebih luas. Ia ingin menghasilkan sebuah karya arsitektur kontemporer yang terkenal.
Salah satu penampakan sudut Masjid Cambridge/ Cambridge-news.co.uk
Dalam sebuah kompetisi yang digelar pada 2009, terpilihlah arsitek yang merancang London Eye, yakni Barfield dan almarhum suaminya David Marks, sebagai arsitek masjid Cambridge.
Keduanya adalah anak didik dari kantor arsitektur bertekologi tinggi dari Richard Rogers dan Norman Foster.
Terbukti, Barfield mampu menciptakan struktur bangunan yang terlihat memberikan simbol dan makna.
Ia merancang Masjid Cambridge dengan desain yang terkonsentrasi pada kolom-kolom yang menyerupai pohon yang memiliki cabang-cabang kayu yang direkayasa. Cabang-cabang kayu itu tampak menyebar dan terjalin menahan atap.
Sementara itu, saringan cahaya masuk melalui lubang yang melingkar di bagian atas. Rimbunan dari 16 kolom semacam itu dibuat di ruang shalat yang merupakan ruang utama masjid. Kolom semacam itu didahului di tempat lainnya di pintu masuk gedung atrium dan serambi.
Ada sentuhan dari bandara Stansted yang didesain Foster dalam struktur berulang, kurva dan material dalam bangunan masjid ini.
Menurut Barfield, desain itu merupakan referensi terhadap gagasan Alquran tentang surga sebagai sebuah taman quadripartit.
Hal itu memperlihatkan sesuatu terhadap kubah berarsitektur gotik, yang menjadi bentuk agung arsitektur religius Inggris yang kemungkinan memiliki pengaruh Arab.
Desain masjid juga memperlihatkan sesuatu yang lain dari bentuk hutan batu internal dari masjid besar di Cordoba. Efek keseluruhannya adalah seni ornamen Islam (Arabesque) yang abstrak.
Proyek lain dari proyek ini berusaha menafsirkan tema tradisional dengan caranya sendiri.
Keith Critchlow, seorang spesialis dalam geometri Islam, berperan dalam memberikan saran tentang pola-pola yang mendasari struktur atap Mark Barfield dan berkontribusi pada elemen dekoratif dari desain yang lebih tradisional dari masjid tersebut.
Pola bata di dinding atrium menuliskan nama Allah. Emma Clark, seorang perancang taman dan seorang ahli yang Islami, juga menggambar deskripsi Alquran tentang surga untuk menciptakan surga kontemplatif di bagian depan gedung.