Jumat 22 Mar 2019 17:49 WIB

Depok Komit Tambah Jumlah Sekolah Ramah Anak

Pemkot Depok berencana menambah jadi 500 Sekolah Ramah Anak hingga 2020.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Gita Amanda
Suasana solisasi sekolah ramah anak di SDIT Nurul Fikri Depok.
Foto: Dok SDIT NF
Suasana solisasi sekolah ramah anak di SDIT Nurul Fikri Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berkomitmen menambah jumlah Sekolah Ramah Anak (SRA), sebagai tindak lanjut dari upaya mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) Utama. Dari 423 SRA yang ada di Kota Depok, Pemkot Depok bertekad menambahnya menjadi 500 SRA hingga 2020.

"Peringkat Kota Depok saat ini berada di KLA Nindya. Artinya, jumlah SRA di Kota Depok sudah lebih dari 50 persen. Namun demikian, untuk sampai ke peringkat KLA Utama, minimal 90 persen sekolah di Depok harus SRA. Secara perlahan kita ke arah sana," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Mohammad Thamrin, di Balai Kota Depok, Jumat (22/3).

Baca Juga

Menurut Thamrin, untuk sekolah yang sudah ramah anak, diberharapkan dapat terus melakukan pembenahan, menyempurnakan komponen dan indikator SRA. Penetapan SRA harus diawali dari kesadaran dan komitmen pihak sekolah.

"Karena yang akan melaksanakan indikator SRA adalah sekolah dan warga yang terlibat di dalamnya. Seperti pemasangan papan nama SRA atau toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah," terangnya.

Dia menambahkan, dari sisi pengawasan pihaknya akan memaksimalkan peran para pengawas sekolah. Sekurangnya ada 77 pengawas dari jenjang PAUD hingga SMP yang akan memonitoring pemenuhan indikator di sekolah ramah anak.

"Nanti per tiga bulan sekali, mereka harus laporan ke Disdik Depok. Itu kalau di negeri, adapun di madrasah Kemenag Depok juga memiliki petugas pengawas. Jadi kita sama-sama mengawal berjalannya SRA di Kota Depok," pungkas Thamrin.

Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengajak, seluruh elemen masyarakat termasuk pengusaha untuk berkontribusi dalam program KLA. Pogram KLA tersebut perlu dukungan dari seluruh pihak, terutama dalam hal penyediaan sarana bermain bagi anak.

"Mewujudkan KLA bukan hanya tugas kami dari pemerintah saja, melainkan seluruh elemen masyarakat. Terutama para pengusaha yang ada di Kota Depok," terangnya.

Idris mengutarakan, kontribusi yang dimaksud yaitu dengan ikut serta dalam pembangunan dan keberlangsungan program KLA. Salah satunya, menyediakan tempat bermain pada anak, di lokasi tempat usahanya.

Tidak hanya tempat bermain saja, lokasi perpustakaan, sekolah dan lokasi bermain yang bebas dari asap rokok. Dimulai dari lingkup terkecil saja, pengusaha dapat memberikan contoh kepada masyarakat dan membebaskan anak-anak untuk bermain sesuai dengan usianya.

"Dengan sinergitas yang terjalin ini, diharapkan KLA di Kota Depok dapat terwujud dan naik peringkat dari KLA Nindya menjadi KLA Utama. Kami, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Untuk itu, mari kita bersama-sama memberikan ruang bermain yang layak bagi anak," tutur Idris.

Dia juga menyampaikan bahwa sinergitas memiliki arti kerja sama, kolaborasi, hubungan yang baik, karena dalam membangun kota ini tidak bisa sendiri tapi membutuhkan kerjasama dengan banyak pihak. Maka dari itu dalam pemerintahan membutuhkan sinergitas. Selain itu juga ada kinerja, bukan sekedar serapan anggaran tapi ada hasil dari kinerja.

"Dalam sinergitas terdapat beberapa komponen yakni komitmen, interaksi dan konsistensi. Untuk meningkatkan sinergitas kita membutuhkan komitmen yakni tekad atau semangat yang tinggi. Selanjutnya kita harus rajin berinteraksi dan diperlukan konsistensi dalam kerja-kerja kita. Bahwa untuk meningkatkan sinergitas juga harus menghilangkan atau mengatasi faktor-faktor yang menjadi hambatan," jelas Idris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement