Senin 25 Mar 2019 03:30 WIB

Keluarga Pendemo Rompi Kuning yang Terluka Ajukan Gugatan

Wanita bernama Genevieve Legay jatuh dan kepalanya menabrak tiang besi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Israr Itah
Pengunjuk Rasa Rompi Kuning. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Pengunjuk Rasa Rompi Kuning. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang wanita Prancis berusia 73 tahun terluka saat ikut melancarkan aksi protes di Prancis. Wanita bernama Genevieve Legay jatuh dan kepalanya menabrak tiang besi dalam demonstrasi Rompi Kuning di Kota Nice, Perancis, Sabtu (23/3).

Keluarga wanita tersebut memprotes dan akan mengambil tindakan hukum. Mereka berpatokan pada rekaman video dari demonstran dan jurnalis, seperti dikutip dari BBC, Ahad (24/3). 

Legay menderita retak tulang tengkorak dan pendarahan di dekat otak, namun dilaporkan dalam kondisi stabil dalam perawatan intensif. Saat itu, kata anaknya, Legay yang merupakan seorang juru bicara mewewakili sebuah LSM anti-globalisasi, datang untuk membela hak warga berdemonstrasi.

Rencananya, keluarga aktivis itu akan mengajukan gugatan atas kekerasan yang disengaja oleh orang-orang bersenjata yang memegang otoritas publik pada orang tua yang rentan. Meskipun demonstrasi sebenarnya telah dilarang di sebagian besar bagian selatan pusat kota.

Jaksa Penuntut Umum Nice telah membuka penyelidikan untuk menentukan asal luka-lukanya. Tentara dikerahkan untuk pertama kalinya selama protes untuk mendukung polisi dan membantu menjaga keamanan. 

Para pengunjuk rasa telah dilarang di pusat-pusat kota dan kota besar Prancis. Tetapi ada kritik yang meluas tentang pasukan anti-teroris yang digunakan untuk mengendalikan massa, dengan politisi dari berbagai spektrum politik menyuarakan keprihatinan. Sekitar 40 ribu orang menggelar demo di seluruh Prancis, meningkat dari 32 ribu orang pemrotes akhir pekan lalu, kata menteri dalam negeri.

Protes oleh para demonstran yang menamainya dengan mengenakan rompi kuning telah rutin setiap pekan terjadi sejak November 2018. Rompi kuning dipilih karena merupakan pakaian neon yang harus dikenakan oleh pengendara Prancis di kendaraan mereka untuk keadaan darurat.

Publik marah atas kenaikan pajak bahan bakar yang digagas oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Gerakan ini menjadi gelombang aksi yang menguat terhadap pemerintah Macron. Protes telah menghantam ekonomi Prancis. Pemerintah Perancis menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk 2019 menjadi 1,4 persen dari 1,7 persen.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement