Rabu 27 Mar 2019 10:48 WIB

Din Ajak Tokoh Agama Tekankan Teologi Kerukunan

Teologi kerukunan akan menekan potensi gesekan antarumat.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nashih Nashrullah
Rapat Pleno MUI: Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin memimpin Rapat Pelno ke-36 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (20/2).
Foto: Republika/Prayogi
Rapat Pleno MUI: Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin memimpin Rapat Pelno ke-36 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW –  Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengajak agamawan di seluruh dunia saat ini menekankan teologi kerukunan antarmanusia selain teologi keagamaan. 

Hal ini disampaikan Din Syamsuddin saat berbicara selaku Co-President of World Conference on Religions for Peace (Religions for Peace International) pada pertemuan para tokoh agama-agama dunia di Moskow, Senin (25/3) waktu setempat. 

Baca Juga

Pertemuan sehari tersebut mengambil tema Ways to Achieve Interreligious Peace: Roles of Theologians, Diplomat, and Public Figures

Kegiatan ini diselenggarakan bersama Kantor Dewan Mufti Russia, Russian Orthodox Church, dan ISESCO, dihadiri sekitar 150 tokoh berbagai agama dari berbagai negara di dunia. 

"Perlunya teologi bersama (shared theology) tentang kemajemukan, hidup berdampingan secara damai, toleransi, dan kerukunan," kata Din Dalam ceramahnya dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/3). 

Menurut Din yang juga President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) ini, agama-agama, walau ada perbedaan pada sistema kredo yakni konsepsi ttg Tuhan, namun memiliki titik singgung tentang kemajemukan, koeksistensi, toleransi, dan kerukunan. 

Titik singgung ini hanya dapat dilihat jika keberagamaan sejati diletakkan pada kemanusiaan. "Beragama sejatinya untuk manusia dan kemanusiaan", katanya.

Menurut mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini, Islam selalu menekankan aspek humanis dalam konteks keberagamaan ini. Hal ini dapat dipahami dari pernyataan Alquran bahww misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyebar rahmat bagi seluruh umat manusia, bahkan alam semesta (rahmatan lil 'alamin). 

Maka, menurutnya, sudah saatnya dikembangkan teologi kerukunan bahkan antaragama yg berbasis pada humanisme religius ini. 

"Jika teoligi semacam itu dikembangkan atau diarusutamakan, maka sebagian masalah peradaban manusia dan kemanusiaan dapat ditanggulangi," imbuh Din Syamsuddin. 

Kasus kebencian terhadap pengikut agama terus meningkat. Terbaru adalah tragedi penembakan di Selandia Baru, dua pekan lalu yang menewaskan 50 Muslim yang akan beribadah shalat Jumat di Christcchurch. Tragedi teror ini mendapat kecaman dari berbagai dunia. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement