Kamis 28 Mar 2019 21:44 WIB

Temui Wapres, KNKS Dorong Pengelolaan Keuangan Masjid

KNKS akan membuat data jaringan keuangan masjid.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam saat beribadah di Masjid Lautze, Sawah Besar, Jakarta (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Umat Islam saat beribadah di Masjid Lautze, Sawah Besar, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) mendorong pengelolaan keuangan masjid dilakukan secara profesional. Menurut Direktur Keuangan Inklusif, Dana Sosial Keagamaan dan Keuangan Mikro Syariah KNKS Ahmad Juwaini, hal itu juga yang menjadi salah satu bahasan saat KNKS menghadap Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kamis (28/3).

Dalam kesempatan itu, KNKS memaparkan program kerja yang akan dilakukan untuk 2019. Salah satunya, melatih pengelolaan keuangan masjid di Indonesia. "Intinya ingin, pertama, membuat data  tentang seberapa besar potensi keuangan masjid itu," ujar Juwaini di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (28/3).

Baca Juga

Menurutnya, upaya yang pertama akan dilakukan adalah dengan membuat terlebih dahulu data jaringan keuangan masjid, yang dilanjutkan dengan jaringan ekonomi masjid. Dengan begitu, dapat diketahui data keuangan masjid dari 800 masjid Indonesia.

"Ini masjid-masjid ini di Indonesia jumlahnya 800 ribu, dan sepertiganya sebenarnya memiliki skala keuangan yang kita sebut sebagai skala ekonomi yang sudah layak," kata Juwaini.

Ia menilai jaringan ekonomi masjid juga merupakan salah satu sumber daya ekonomi ummat. Sehingga dengan pengelolaan yang profesional maka dapat meningkatkan ekonomi keumatan.

"Ya diawali dengan pelatihan-pelatihan dulu, lalu diterapkan sistem software-nya dan baru setelah itu kita himpun datanya, baru kita akan tahu seberapa banyak sih uang masjid yang dikelola untuk zakatmya berapa, infaknya berapa," katanya.

Ia melanjutkan, baru setelah itu dapat diketahui dana yang bisa dimanfaatkan dan diputar di antara umat. "Kita akan berangkat dari situ," ujar Juwaini.

Juwaini menilai perlunya kerjasama antara lembaga lembaga yang di masjid seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan toko-toko yang dikembangkan di masjid. Hal ini untuk mendukung berkembangannya jaringan ekonomi masjid.

"Nanti kita akan sampai pada toko-toko usaha yang bisa dikembangkan di masjid yang sekarang ini mungkin mulai banyak kita ketemu dengan warung-warung yang menggunakan teknologi dan mungkin ini yang bisa diajak kerjasama dengan kita dengan menggunakan jaringan masjid ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement