REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, halte Transjakarta CSW di koridor 14 merupakan contoh pembangunan tanpa perencanaan integrasi antarmoda. Padahal, kata dia, halte tersebut berdekatan dengan Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) ASEAN yang dulu disebut Sisingamangaraja.
"Tadi saya berhenti di Stasiun ASEAN, di sana ada persimpangan antara Transjakarta dengan MRT. Saya selalu menggarisbawahi soal integrasi, dan persimpangan itu adalah contoh sempurna perencanaan tanpa integrasi," ujar Anies di Stasiun Bundaran HI, Jakarta Pusat usai meninjau Stasiun ASEAN, Senin (1/4)
Ia menjelaskan, akibat perencanaan pembangunan yang tidak terintegrasi antara stasiun dan halte tidak terhubung satu sama lain, para penumpang yang akan berpindah melanjutkan perjalanan antarmoda angkutan umum menjadi kesulitan mengaksesnya.
Padahal, kata Anies, warga dari wilayah Tangerang yang diangkut menggunakan Transjakarta koridor 13 bisa memilih melanjutkan perjalanan menggunakan MRT Jakarta ke pusat Jakarta. Ataupun sebaliknya, dari Jakarta Pusat bisa ke Tendean dengan mudah berganti transportasi umum.
Untuk itu, Anies mengatakan, Pemprov DKI membangun skybridge atau jembatan layang yang mengintegrasikan stasiun dan halte. Dengan begitu, pengguna Transjakarta dan MRT Jakarta dapat berpindah antarmoda dengan lebih mudah.
"Yang naik MRT dari arah Lebak Bulus, turun di Stasiun ASEAN, lalu pindah ke Transjakarta, bisa meneruskan ke arah Ciledug atau ke arah Tendean. Sebaliknya yang menggunakan Transjakarta dari arah Tendean mau Lebak Bulus bisa turun di situ lalu pindah ke MRT," kata Anies.
Ia melanjutkan, ke depan semua perencanaan pembangunan transportasi harus memenuhi persyaratan yang terintegrasi. Sehingga, Anies mengatakan, antarmoda angkutan umum bisa terintegrasi baik dari fisik, pengelolaan, hingga sistem pembayaran.