REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menyampaikan inti yang paling penting dari Isra Miraj adalah shalat. Dia pun mengajak umat Muslim yang masih bolong shalatnya agar menunaikan shalat lima waktu sebagaimana perintah wajib seusai Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Miraj.
"Orang yang tidak shalat, shalatlah. Insya Allah kita menjadi manusia yang bersih, manusia husnuzan, bukan manusia curiga. Manusia yang benar, bukan manusia hoaks. Manusia yang agung, bukan manusia rendahan," tutur guru besar tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (3/4).
Nasaruddin juga memberi penjelasan soal Isra Miraj dalam konteks kebangsaan. Miraj memiliki misi yaitu menghadirkan manusia langit yang mengutamakan aspek persatuan, bukan perbedaan. Manusia langit, papar dia, juga menekankan aspek ijmali (keutuhan), bukan keberantakan. Manusia langit ialah manusia bersih, bukan manusia kotor.
"Manusia langit itu dekat dengan Allah SWT, bukan dekat dengan iblis. Manusia langit itu mempersiapkan dirinya untuk dipanggil oleh Allah SWT. Sementara manusia bumi itu belum punya persiapan," ucap rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta ini.
Isra Miraj, papar Nasaruddin, juga berkaitan erat dengan aspek kebangsaan khususnya Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang berlangsung pada 17 April ini. Pemilu kali ini, meski dilalui dengan perbedaan pilihan, harus berakhir dengan suasana kebatinan yang sejuk, damai, dan terbuka.
"Sekali pun ada perbedaan pilihan dalam pemilu, tetapi sesudah pemilu mari kita rujuk kembali. Nabi setelah Miraj itu berhijrah. Jadi setelah pemilu ini kita hijrah ke dalam suasana batin yang lebih terbuka. Terima kelemahan dan kelebihan teman-teman kita," ujarnya.