REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS — Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta agar masyarakat di negara itu untuk menyimpan dan menghemat air. Pernyataan itu muncul setelah pemadaman listrik besar-besaran terjadi berulang kali yang membuat banyak orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Maduro mengatakan bahwa salah satu tujuan dari serangan teroris adalah membuat warga Venezuela tidak memiliki air. Pemadaman listrik besar-besaran di banyak wilayah di negara itu telah membuat pompa air yang membutuhkan energi listrik tidak berfungsi.
Pemadaman listrik besar-besaran terjadi di Venezuela pada 7 Maret selama hampir satu pekan di beberapa wilayah, termasuk secara luas di Ibu Kota Caracas. Setelah sempat dipulihkan, pemadaman kembali terjadi pada 25 Maret. Akibatnya, warga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dan situasi krisis di negara Amerika Selatan itu semakin buruk.
Venezuela telah dilanda krisis dan kekacauan, seiring kondisi ekonomi di negara itu yang saat ini dilanda hiperinflasi. Pemerintah yang dipimpin Maduro dianggap telah menciptakan situasi yang semakin buruk. Gelombang protes untuk menuntut kepemimpinannya telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido terus meminta agar para pendukungnya dan masyarakat seluruhnya menggelar aksi protes. Ia mengatakan konstitusi negara perlu memangku jabatan sementara karena rezim Maduro tidak memiliki solusi apapun untuk mengatasi krisis.
“Setiap kali listrik padam, tidak ada air dan gas, apa yang akan kami lakukan? Kami akan protes, mengajukan tuntutan, dan turun ke jalan karena itu adalah hak kami,” ujar Guaido.
Maduro menyatakan bahwa pemadaman listrik besar-besaran yang terjadi di Venezuela adalah sebuah sabotase. Ia pun menyalahkan Amerika Serikat (AS) karena telah mengorbankan perang energi terhadap mereka. Meski demikian, Washington membantah memiliki peran dalam insiden tersebut.