REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kemenperin) menargetkan ekspor produk tenun dan batik mampu menembus 58,6 juta miliar dolar AS pada 2019 ini dengan mendorong industri melakukan inovasi teknologi. Artinya, target ekspor tersebut jauh lebih besar dibanding capaian ekspor tahun lalu berkisar 53,3 juta dolar AS.
Ekspor batik Indonesia mayoritas dikapalkan ke negara maju seperti Jepang, Belanda dan Amerika Serikat. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara menjelaskan, saat ini pemerintah tengah gencar mendorong ekspor produk lokal melalui pemanfaatan teknologi digital.
Tujuannya, kata dia, produk yang dihasilkan industri dapat berdaya saing global. “Maka akan kita kuatkan inovasi ini ke sektor industri,” kata Ngakan dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (10/4).
BPPI Kemenperin, kata dia, dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan industri nasional. Menurutnya, guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri, BPPI terus menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional.
Mengacu catatan Kemenperin, hingga saat ini jumlah balai litbang yang ada di lingkungan BPPI Kemenperin sebanyak 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri. Setelah sukses dengan kegiatan Innovating Jogja di tahun 2016 dan 2018, dia menjalaskan, pada tahun ini Kemenperin melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) di Yogyakarta kembali meluncurkan kegiatan Innovating Jogja 2019.
Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati mengatakan, kegiatan Innovating Jogja tahun ini menitikberatkan pada penumbuhan usaha yang bergerak pada bidang kerajinan dan batik. Apalagi, batik merupakan salah satu produk unggulan yang berkontribusi cukup besar bagi perekonomian nasional melalui capaian ekspornya.
Kemenperin juga mencatat, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai 823 juta dolar AS atau naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 820 juta dolar AS. Adapun industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
“Kegiatan Innovating Jogja kali ini sama saja seperti dahulu, tapi bedanya saat ini kita sedang genjot industri batik untuk menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang inovatif,” katanya.
Menurut Titik, pada tahun 2019, pihaknya tidak hanya menyeleksi calon peserta yang memiliki inovasi di bidang kerajinan dan batik, tetapi juga mereka yang berminat untuk memanfaatkan teknologi kompor listrik batik tulis hasil penelitian BBKB.