REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOM -- Militer Sudan meminta Presiden Omar al-Bashir untuk turun dari jabatannya setelah dekade berkuasa. Salah satu sumber mengatakan langkah-langkah untuk membentuk dewan transisi untuk menjalankan pemerintahan sedang dilakukan.
Pada Kamis (11/4), sumber pemerintah dan Menteri Produksi dan Sumber Ekonomi Adel Mahjoub Husein mengatakan kepada stasiun televisi al-Hadth TV kini Bashir sudah mengundurkan diri. Ia tengah berkonsultasi untuk membentuk dewan yang dikuasai militer.
Salah satu sumber mengatakan Bashir digulingkan tentara. Kediaman kepresidenannya sedang 'dijaga ketat'.
Stasiun televisi itu mengatakan militer akan segera mengumumkan sesuatu. Prajurit militer dikerahkan di sekitar kementerian pertahanan dan jalan-jalan serta jembatan besar di ibukota.
Sumber mengatakan pasukan militer menyerbu markas Bashir Islamic Movement. Komponen utama partai penguasa National Congres. Ribuan orang berbondong-bondong melakukan unjuk rasa anti-pemerintah di depan kementerian pertahanan.
Sementara rakyat Sudan berkumpul di jalan-jalan pusat kota Khartoum. Mereka menari dan menerikan slogan anti-Bashir.
"Jika dia turun, kami menang," teriak para pengunjuk rasa.
Salah satu pengunjuk rasa yang berbicara dengan stasiun televisi Arabiya TV mengatakan kabarnya wakil dan Menteri Pertahanan Awad Mohammed Ahmed Ibn Auf akan menjadi pengganti Bashir. Tapi pengunjuk rasa tidak menerima hal itu.
"Kami mengharapkan berita baik, berita membahagiakan, kami sudah menunggu selama 30 tahun," kata salah seorang pengunjuk rasa Nadine Ala al-Din.
Penolakan itu sudah ditegaskan oleh Asosiasi Profesional Sudan di situs mereka. Mereka menolak siapa pun yang berada di rezim saat ini menjadi pengganti Bashir.
"Kami tidak menerima pembantu Bashir menjadi bagian dari situasi yang baru ini, orang-orang itu telah membunuh pengunjuk rasa," kata salah satu pengunjuk rasa lainnya Mohammed Adam, 44 tahun.
Asosiasi Profesional Sudan mengatakan setelah berjuang dengan gigih selama berbulan-bulan dibanjiri air mata, darah dan keringat, mendorong massa untuk turun ke jalan. Mereka pastikan rakyat Sudan tidak akan menerima elit kembali berkuasa.
"Kami tegaskan rakyat Sudah tidak akan menerima kecuali otoritas transisi sipil yang terdiri dari sekelompok ahli patriotik yang tidak terlibat dalam rezim tiran," kata Asosiasi Profesional Sudan dalam pernyataan mereka seperti dilansir di BBC.
Berdasarkan deklarasi kebebasan dan perubahan, mereka juga meminta angkatan bersenjata untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada rakyat. Massa masih terus menunggu pengumuman yang dijanjikan militer.
Kamal Omar seorang dokter berusia 38 tahun mengatakan rakyat Sudan tidak akan menerima pemerintahan militer. "Kami akan terus melanjutkan unjuk rasa sampai kami menang," kata Omar.
Bashir seorang diktaktor yang berkuasa secara otoriter. Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag menyatakan dirinya bersalah atas genosida di wilayah Darfur dalam pemberontakan 2003, pembantaian yang diperkirakan menewaskan 300 ribu orang.
Bashir mantan pasukan penerjun payung yang merebut kekuasan dalam kudeta berdarah 1980. Ia telah menjadi sosok yang memecah belah yang berhasil melewati berbagai krisis internal satu demi satu sampai menahan upaya Barat untuk melemahkannya.
Sudan mengalami isolasi berkepanjangan sejak 1993, ketika Amerika Serikat memasukan pemerintahan Bashir ke dalam negara yang mensponsori teroris. Washington melanjutkan sanksi itu empat tahun kemudian.
Krisis semakin meningkat sejak pekan ini ketika ribuan pengunjuk rasa mendirikan tenda di luar Kementerian Pertahanan di pusat Khartoum, tempat kediaman Bashir berada.