REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad ke-13, seorang pelajar asal Suriah, Hassan al-Rammah, menulis sebuah buku yang luar biasa mengenai teknologi militer. Buku ini sangat terkenal di dunia Barat. Model roket yang terdapat di dalam buku itu dipamerkan di National Air and Space Museum di Washington DC, AS. Museum ini juga menyajikan informasi seputar roket itu, termasuk bahan bakarnya.
Buku karya al-Rammah juga merupakan karya tulis pertama yang menjelaskan pemurnian kalium nitrat dan metode pembuatan bubuk mesiu yang dapat menghasilkan ledakan. Dari sini pula, teknologi meriam berkembang.
"Koleksi metode dan resep di dalam buku ini mungkin didapat dari berbagai sumber pada waktu yang berbeda dalam keluarganya dan diwariskan. Sebagian resep sepertinya sudah pernah dipraktikkan,'' komentar salah seorang ilmuwan Barat, Partington, mengenai buku karya al-Rammah.
Pada abad ke-11, orang-orang Cina sebenarnya telah mengenal bubuk mesiu. Hanya saja, mereka tidak mengetahui takaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan ledakan. Mereka juga belum tahu cara memurnikan kalium nitrat yang baik. Buku Cina pertama yang membahas tentang proporsi ledakan ditulis pada 1412 oleh Huo Lung Ching.
Bubuk mesiu adalah bahan peledak yang terbuat dari campuran belerang, arang, dan kalium nitrat. Bubuk mesiu dapat terbakar dengan sangat cepat dan menjadi bahan pendorong pada senjata api dan kembang api. Bubuk mesiu tergolong bahan peledak dengan daya ledak rendah.
Menurut Partington, al-Razi, al-Hamdany, dan sebuah manuskrip Arab-Suriah menuliskan tentang kalium nitrat. Ibnu al-Baytar menuliskannya pada 1240. Sebuah manuskrip Arab-Suriah pada abad ke-10 juga memberikan beberapa resep pembuatan bubuk mesiu.
Ragam resep pembuatan bubuk mesiu juga terdapat pada buku berbahasa Latin, Liber Ignium, yang ditulis Marcus Graecus. Ternyata, buku ini pun berasal dari bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol.