Ahad 14 Apr 2019 05:00 WIB

Peneliti: Partai Berkarya tak Bisa Hanya Nostalgia Orde Baru

Partai Berkarya dinilai belum menggaet pemilih pemula.

Lambang Partai Beringin Karya (Berkarya) . (Republika/ Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Lambang Partai Beringin Karya (Berkarya) . (Republika/ Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ikrama Masloman menilai Partai Berkarya tidak cukup kuat hanya mengandalkan memori nostalgia Orde Baru.

Hal itu disampaikan Ikrima usai konferensi pers hasil survei terbaru LSI Denny JA terkait peluang parpol lolos "parliamentary threshold" 4 persen pada Pemilu 2019.

Baca Juga

"Partai Berkarya itu kan mengambil jalur (pemilih) segmented. Ada kelebihan dan kekurangannya," katanya di Jakarta, Sabtu.

Dari segmentasi pemilih, Ikrama menjelaskan Partai Berkarya tidak bisa menggaet pemilih pemula yang tidak memiliki memori kuat tentang Orde Baru.

"Mereka tidak meng-captive pemilih pemula karena pemilih milenial ini dibesarkan pasca-Orde Baru. Mereka tidak punya memori kuat tentang Orde Baru," katanya.

Di sisi lain, kata dia, faktor ketokohan juga berpengaruh, terutama Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), ketua umumnya, serta sejauh mana keterkaitannya dengan Orde Baru.

Ia mengatakan para pemilih yang memiliki memori kuat dengan Orde Baru juga terbagi atas dua kalangan yakni mereka yang resisten dan yang menginginkan Orde Baru muncul lagi.

"Jadi, di sini sudah terbagi juga. Itulah kenapa tidak cukup mendongkrak hanya dengan jualan jargon, tetapi bagaimana menawarkan visi misi dan program yang lebih konkret," katanya.

Survei terbaru LSI merilis 10 parpol yang potensial lolos PT pada Pemilu 2019, yakni PDIP di urutan pertama dengan elektabilitas 26,7-31,1 persen.

Kemudian, Gerindra (13,4-17,8 persen), Golkar (11,5-15,9 persen), Demokrat (4,6-9,0 persen), Partai Kebangkitan Bangsa sebesar 4,5-8,9 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement