REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menyeruaknya berita tentang cedera yang menimpa Harry Kane langsung mengingatkan dengan kisah tragis kehidupan karier profesional sebagai pesepak bola. Untung rugi dengan kehilangan pemain andalan tentu jadi faktor utama bagi keberlangsungan klub dalam mengejar target mereka.
Nama Kane meroket kurang lebih lima musim lalu. Dia dinobatkan menjadi striker utama sekaligus sebagai simbol kebangkitan tim berjuluk the Lillywhites untuk bersaing di klasemen empat besar Liga Primer Inggris.
Tak heran, suporter Spurs dibuat ketar-ketir jika tidak melihat Kane di daftar susunan pemain. Spurs kehilangan Kane setelah melakoni leg pertama perempat final Liga Champions kontra Manchester City pada Rabu 10 April lalu.
Akibat cedera ligamen lateral kaki kirinya, musim Kane dipastikan selesai lebih cepat karena Liga Primer Inggris berakhir 12 Mei mendatang. Kane masih bisa bermain kalau Spurs lolos ke final Liga Champions yang dihelat 1 Juni.
Pelatih Spurs Mauricio Pochettino mengaku khawatir melihat sang kapten harus menerima kenyataan pahit. “Sesuatu yang menyedihkan, mengecewakan, dan kabar yang buruk. Dia sedih seperti semua orangn di klub ini. Momen yang sulit untuknya, tim, dan kami semua," kata Pochettino dilansir Telegraph, Ahad (14/4).
Mauricio Pochettino
Cedera pemilik nomor punggung 10 itu di Stadion Tottenham Hotspur dinilai cuma kambuhan. Kane langganan setia meja operasi. Pada musim 2018/2019 ini saja Kane sudah dua kali diterpa cedera. Pertama, terjadi pada Januari 2019 karena masalah pada engkel yang membuatnya menepi 40 hari.
Pada periode itu, Spurs terpaksa menelan pil pahit setelah tersisih di Piala FA dan Piala Liga Inggris. Meski demikian, kesebelasan asal London Utara melaju mulus di kompetisi Liga Primer Inggris.
Alhasil, timbul sebuah tuntutan kepada seorang atlet profesional, merujuk pada Kane, untuk menghindari cedera atau mengelola resiko cedera, yang tentunya akan memegang peranan penting dalam kemajuan kariernya. Itu yang dinilai sebagai konsekuensi logis dari sebuah profesinya menjadi penyerang tersohor di dunia.
Akan tetapi, nasib Kane bisa dikatakan lebih beruntung ketimbang legenda sepak bola timnas Belanda dan AC Milan, Marco van Basten. Cerminan yang sama karena sering diterpa cedera membuat Van Basten terpaksa mengakhiri perjalananya sebagai pemain bola ketika berada di puncak kariernya. Hal yang tentu tak diharapkan penggemar Spurs dan Kane.
Namun, menarik disimak dari kehilangannya Kane dalam susunan pemain utama Spurs justru tren kemenangan Spurs meningkat. Dipandang dari sudut taktis pun, absensi penyerang berusia 25 tahun itu justru jadi berkah terselubung. Spurs tak lagi menggantungkan serangan pada dirinya dan bisa menggunakan tiga penyerang sayap sebagai ujung tombak yang dapat mencetak gol.
Selebrasi pesepak bola Tottenham Hotspur Heung-Min Son setekah berhasil menjebol gawang lawan.
Kane yang menepi selama 10 pertandingan membawa keberuntungan bagi Spurs dengan mencatat dua kemenangan, tiga imbang dan sekali kalah. Absennya Kane mengarahkan lampu sorot kepada Son Heung-min. Pemain asal Korea Selatan itu dianggap sebagai amunisi ampuh untuk meningkatkan lumbung gol serta kemenangan Spurs.
Fakta teranyar terjadi pada laga melawan Huddersfield akhir pekan kemarin. Lucas Moura menjadi pahlawan dalam kemenangan 4-0 Spurs atas tamunya. Moura mencetak hattrick dengan satu gol lain dicetak Victor Wanyama.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement