REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surah al-An’am ayat 99, Allah SWT menyebut buah delima, setelah zaitun, anggur, dan kurma. Sang Mahapencipta juga berpesan bahwa “Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.”
Demikian pula pada surah al-An’am ayat 141. Bahkan, dalam surah ar-Rahman ayat 68, Allah mengungkapkan bahwa delima adalah salah satu dari buah-buahan di surga. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” begitu bunyi peringatan Allah berkali-kali dalam surah yang teramat indah itu.
Buah yang kaya serat ini berasal dari daerah Persia (Iran) ribuan tahun silam. Di sana, namanya lebih dikenal sebagai anar. Kini, delima telah dikembangkan di banyak negeri, terutama yang beriklim hangat. Tanah Suci—Makkah, Madinah, dan Yerusalem—adalah beberapa contoh daerah subur penghasil delima.
Tidak hanya buahnya. Kulit pohon delima juga menjadi sumber ramuan penyembuh luka luar. Bunganya dipakai sebagai pewarna tekstil alami.
Rasulullah SAW memuji delima sebagai penyembuh bagi tubuh. Di antara khasiat buah ini adalah menjaga kesehatan jantung dan usus, mencegah cacing pita, dan menyembuhkan disentri. Ibnu Sina menyebut kegunaan lainnya dari delima, yakni kulit buahnya mampu mengusir serangga. Di alam, burung-burung kerap memakai kulit delima sebagai unsur penyusun sarangnya. Alhasil, hama pengganggu tidak menjangkiti di dekat telur-telur mereka.