REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat internasional dikejutkan dengan adanya pemberitaan mengenai serangan bom yang sangat tidak manusiawi di Sri Lanka, pada Ahad (21/4) malam waktu setempat. Serangan bom ditujukan ke delapan lokasi berbeda termasuk gereja tempat umat Kristiani merayakan Paskah dan hotel bintang lima di Ibu Kota Komersial Sri Lanka, Kolombo.
Atas peristiwa itu, Dompet Dhuafa turut berbela sungkawa dan duka yang mendalam terhadap keluarga korban aksi terorisme ini. "Dompet Dhuafa juga mengecam keras adanya aksi terorisme yang menewaskan lebih dari 200 orang dan korban luka sebanyak 450 orang di Kolombo, Sri Lanka," kata Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi, Imam Rulyawan MARS dalam keterangan tertulis, Senin (22/4).
Dompet Dhuafa turut mendukung Pemerintah Sri Lanka untuk melakukan penyelidikan terkait alasan tidak adanya pencegahan aksi terorisme ini yang sudah diketahui oleh intelijen setempat. Dompet Dhuafa mendukung diadilinya pelaku aksi terorisme ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku agar keluarga korban dan masyarakat Sri Lanka dapat menemukan keadilan dan perdamaian
Imam menambahkan, peringatan paskah yang seharusnya merupakan tempat berkumpulnya keluarga umat Kristiani menjadi ternodai dengan adanya serangan ini. "Penyerangan rumah ibadah merupakan suatu kejahatan besar," ucap Imam.
Sebanyak 207 orang meninggal, 30 di antaranya adalah Warga Negara Asing dan 450 orang terluka. Korban terbanyak berasal dari gereja yang saat itu sedang merayakan Paskah.
Ledakan bom yang terjadi dalam kurun waktu saling berdekatan itu melanda Gereja St Anthony's Shrine di Colombo yang bersejarah, Gereja St Sebastian di Negombo, sebelah utara Colombo, dan Gereja Zion di Batticaloa, kemudian Hotel Shangri-La, Hotel Kingsbury, Hotel Cinnamon Grand dan Hotel Tropical Inn. Beberapa ledakan itu diyakini polisi setempat melibatkan aksi bom bunuh diri.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyatakan otoritas telah menahan setidaknya delapan orang yang diduga mempunyai hubungan atas insiden ledakan bom. Wickremesinghe menuturkan delapan nama yang ditangkap merupakan warga lokal. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada keterlibatan orang asing di dalamnya.