REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Toto Tasmara
Dalam sebuah dialog antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril, Rasulullah menjawab tentang arti ihsan. Kata Beliau, ''Hendaknya kita beribadah seakan-akan melihat Allah. Dan karena kita tidak melihatnya, maka ketahuilah bahwa Allah melihatmu."
Makna ucapan Rasulullah tersebut mempunyai dimensi akhlak yang sangat mendalam. Yakni, dalam situasi apapun harus ada semacam kesadaran bahwa 'kita dekat Allah', ada sirkuit kamera yang dengan tajam menyorot dan merekam perbuatan kita.
Dikisahkan, suatu saat ada seorang pemuda kaya mencoba menggoda wanita. Pada saat nafsu membara memenuhi pikirannya, dan sang wanita hampir hanyut dalam rayuan pemuda tersebut, wanita itu berkata, "Aku takut Allah." Ketika mendengar ucapan wanita tersebut, sang pemuda bergetar jiwanya, kemudian mereka berdua beristighfar seraya membatalkan niat durjananya. Dalam hadis Bukhari diriwayatkan bahwa kedua pemuda-pemudi itu akhirnya menjadi penghuni surga.
Kalau saja kita mampu berbuat ihsan, merasakan diri bahwa di manapun dan dalam situasi apapun Allah memandang perbuatan kita, niscaya kita akan terhindar dari segala kemaksiatan. Kesadaran ini hanya dapat terwujud apabila kita mempunyai lima keyakinan.
Pertama, yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, sehingga kita sadar di manapun kita berada Allah memperhatikan perbuatan kita. Kedua, yakin tentang makna kematian bahwa kelak akan ada hidup yang sebenarnya. Akhirat yang abadi, sedangkan kehidupan dunia hanyalah sementara.
Ketiga, yakin bahwa berbuat kebajikan akan berpahala dan berbuat munkar adalah nista. Keempat, yakin bahwa dengan beramal saleh, shalat, dan mendatangi majelis-majelis zikir, iman dan takwa akan terpelihara. Kelima, yakin bahwa dengan belajar menangis dan sedikit tertawa, dengan belajar menjauhi senda gurau dan keluh kesah, serta dengan mendekatkan diri pada orang-orang saleh dan menumpahkan air mata di ujung sajadah, akan menyebabkan berbinarnya cahaya batin dan kualitas rohani kita.
Kesadaran bahwa diri merasa disaksikan atau disorot oleh kamera Ilahi yang kelak akan diputar di akhirat, adalah tingkat kesadaran moral yang amat luhur. Sebuah ikatan satu akidah yang akan mampu menjadi kendali dari segala kendala. Kamera Ilahi terus bekerja setiap detik. Dia menyoroti hati umat manusia tanpa memandang status. Mereka yang munkar dicatat kemunkarannya, dan mereka yang berbuat baik walau sebesar biji sawi sekalipun dicatat pula kebaikannya.
Hidup seperti seorang aktor yang membawakan peran sesuai skenarionya masing-masing. Dan setelah diedit, adegannya di putar ulang untuk disaksikan melalui layar kaca. Begitu juga di akhirat nanti, seluruh perbuatan kita secara utuh akan ditayangkan di hadapan kita. Bahkan sebelum datang hari pengadilan, di alam kubur pun seluruh film kehidupan ditayangkan dengan sangat nyata. Inilah kamera Ilahiyah, yang rekamannya sangat tajam dan menembus nurani manusia.
Jangankan di tempat terang, di tempat yang gelap gulita sekalipun dia mampu merekamnya dengan pasti. Dan sadarkah Anda, saat ini pun kamera itu sedang menyoroti hati Anda!