REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren harga batubara yang menurun sejak akhir 2018 kemarin masih harus dirasakan dampaknya oleh para pengusaha batubara, salah satunya perusahaan plat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Menurunnya harga batubara mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan pada triwulan pertama ini.
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin menjelaskan pada kuartal pertama 2019, perusahaan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 5,34 triliun. Pendapatan turun 7,16 persen. Pendapatan ini ditopang oleh pendapatan penjualan batubara domestik sebesar 46 persen, ekspor 50 persen dan aktivitas lainnya seperti penjualan listrik, briket, CPO dan jasa sebesar empat persen.
"Harga jual rata-rata batubara memang turun sebesar 13 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Harga batubara saat ini tercatat sebesar Rp 772.044 per ton sedangkan 2018 kemarin tercatat sebesar Rp 887.883 per ton," ujar Arviyan di Hotel Ritz Caltron, Rabu (24/4).
Penurunan tersebut, kata Arviyan, disebabkan oleh pelemahan harga batubara newcastle sebesar tujuh persen. Pelemahan juga terjadi pada harga batubara thermal Indonesia (ICI) sebesar 24 persen dibandingkan harga rata-rata triwulan pertama 2018.
"Penurunan ini juga terkait aturan harga jual DMO yang belum diimplementasikan secara penuh kuartal 1 2018," ujar Arviyan.
Pada kuartal pertama ini, beban pokok penjualan perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp 3,56 triliun.
Meski mengalami penurunan pendapatan usaha, pada kuartal pertama ini perusahaan bisa membukukan laba bersih sebesar Rp 1,14 triliun. "Meski ada tren harga yang menurun, karena perusahaan terus melakukan efisiensi dan melakukan strategi pasar, perusahaan tetap bisa membukukan laba yang cukup baik pada triwulan pertama ini," ujar Arviyan.