REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dan Menteri Bea Cukai China Ni Yue Feng, Kamis (25/4), menandatangani protokol perdagangan manggis. Penandatanganan protokol perdagangan manggis ini setelah China mengizinkan Indonesia kembali mengekspor buah tersebut ke negaranya.
"Kerja sama ini bagian dari peningkatan konektivitas dan investasi," kata Menlu Retno sebelum menandatangani naskah protokol.
Penandatanganan dilakukan di Beijing pada Kamis (25/4) di sela-sela Konferensi Kerja Sama Internasional Sabuk Jalan (BRF) II.
Dengan penandatanganan protokol tersebut, impor manggis dari Indonesia akan meningkat sejak China memberikan izin Indonesia kembali mengirimkan manggis ke negara berpenduduk terbanyak di dunia itu dua tahun lalu.
Retno mencatat bahwa China merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia, dengan nilai perdagangan kedua belah pihak sebesar 70 miliar dolar AS (sekitar Rp 990 triliun) pada 2018. Nilai perdagangan tahun lalu meningkat 23 persen dibandingkan pada 2017.
"Namun kami melihat defisit perdagangan Indonesia dengan China masih cukup besar. Oleh karena itu, kita sepakat untuk mempersempit gap defisit dan menjadikan perdagangan lebih seimbang dan saling menguntungkan," ujarnya.
Retno didampingi Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Bea Cukai China dan jajarannya.
Dalam kesempatan tersebut, Menlu juga menyampaikan bahwa Indonesia telah memfasilitasi ekspor buah-buahan dari China, di antaranya jeruk mandarin. "Saya berharap Yang Mulia dapat memberikan bantuan dalam finalisasi impor salak dari Indonesia, termasuk menurunkan tarif buah nanas agar perdagangan bilateral ini lebih menguntungkan kedua belah pihak," ujarnya, merujuk pada Menteri Ni Yue Feng.
Ni Yue Feng menyambut positif permintaan yang disampaikan oleh Menlu Retno tersebut. "Saya sangat senang pada hari ini kita dapat menandatangani protokol impor manggis dari Indonesia," ujarnya.
Pada akhir 2017, China kembali membuka keran impor manggis dari Indonesia setelah sempat ditutup pada 2014 karena kandungan zat kimia. Sejak izin diberikan lagi, buah manggis dari Indonesia mudah dijumpai di pasar-pasar modern dan tradisional China, bersaing dengan manggis Thailand.
Konferensi BRF II di Beijing pada 24-27 April 2019 turut dihadiri Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Pada BRF I di Beijing pada Mei 2017, Presiden Joko Widodo hadir bersama sejumlah kepala negara/pemerintahan, termasuk Presiden China Xi Jinping sebagai penggagas Sabuk Jalan.