REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Angin kelam bakal melanda sepak bola Belgia. Ada dugaan terjadinya pencucian uang di dunia lapangan hijau negara tersebut.
Pihak berwenang telah bertindak. Kepolisian melakukan penggebrakan di kantor klub Anderlecht dan Asosiasi sepak bola setempat (RBFA).
Belum diketahui detail praktik kecurangan tersebut. Pada intinya, dalam laporan Guardian, tindakan negatif ini melibatkan agen dan kegiatan jual beli pemain.
"Kami memiliki beberapa pertanyaan untuk agen yang mengurus transfer. Ini masalah pencucian uang," demikian pernyataan juru bicara Jaksa Federal, Kamis (25/4).
Sebuah kantor agensi di Brussel tak luput dari penggeladahan. Para jaksa menyelidiki sejumlah kasus, di antaranya penjualan penyerang Serbia, Aleksandar Mitrovic, dari Anderlecht ke Newcastle United pada 2015 lalu.
Pihak Newcastle enggan menanggapi kasus ini. Sementara kubu Anderlecht bersedia bekerja sama.
"Seorang juru bicara Anderlecht mengatakan kepada penyiar VRT bahwa klub siap kooperatif, sementara humas RBFA mengatakan polisi telah mengambil dokumen dari kantor pusatnya," demikian laporan dari Guardian.
Jaksa menegaskan penyelidikan ini murni kasus pencucian uang. Sama sekali tak ada hubungan dengan dugaan kasus pengaturan pertandingan yang mengguncang Liga Belgia tahun lalu.
Ini situasi menyedihkan untuk Anderlecht. Sebab klub berkostum ungu-putih itu berstatus tim tersukses di Belgia.
Anderlecht sudah mengoleksi 34 trofi liga domestik. Kemudian dua kali menjadi juara Piala Winners serta sekali jadi kampiun Piala UEFA.
Sejauh musim ini berjalan, tim polesan Karim Belhocine berada di peringkat kelima klasemen sementara. Jika kondisi tersebut berlanjut, menurut BBC, Anderlecht bisa gagal tampil di Eropa musim depan. Itu pertama kalinya dalam 55 tahun terakhir.
Belakangan kasus pencucian uang marak terjadi dalam sepak bola. Mantan Presiden Barcelona Sandro Rossel sempat dituduh melakukan hal itu.
Tindakan yang dilakukan Rossel terkait penyelewengan dana hak siar 24 pertandingan yang melibatkan tim nasional Brasil, juga dana sponsor dari Nike. Jika terbukti bersalah pria 55 tahun itu terancam dihukum enam tahun penjara.
Pada akhirnya, Pengadilan Tinggi Nasional memvonis bebas Rossel alias tidak terbukti bersalah. Dalam laporan Marca, yang bersangkutan sudah menjalani hukuman percobaan selama dua tahun, sebelum persidangan. "Penderitaan berakhir. Setelah berjuang, sudah ada keadilan. Ini kegembiraan besar," ujar istri Rossel, Marta Pineda.