REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami 11 kali gempa guguran pada Kamis (25/4).
Dalam keterangan resmi BPPTK, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTK), Hanik Humaida menyebutkan total 11 kali gempa guguran itu terekam pada dua periode pengamatan mulai pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB.
Pada periode pengamatan mulai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, gempa guguran di Gunung Merapi memiliki amplitudo 19-50 mm dengan durasi 40-100 detik. Sedangkan pengamatan mulai pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB gempa guguran tercatat memiliki amplitudo 3-35 mm dengan durasi 31-80 detik.
Selain gempa guguran, BPPTKG juga mencatat 2 kali gempa hembusan di gunung itu dengan amplitudo 2-3 mm dengan durasi 15-16.5 detik, dan gempa hybrid 1 kali dengan amplitudo 3 mm selama 6 detik.
Hasil pengamatan visual pada pukul 06.00 hingga 12.00 WIB, asap kawah tidak teramati. Cuaca di gunung itu berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur laut dengan suhu udara 18-29 derajat celsius, kelembaban udara 63-76 persen, dan tekanan udara 568-707 mmHg.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan semakin jauhnya jarak luncur awan panas guguran Merapi, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi atau kantor BPPTKG atau melalui media sosial BPPTKG.