REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Itu terjadi karena investor mempertimbangkan sejumlah data ekonomi AS yang beragam, di tengah kekhawatiran atas perlambatan kegiatan di sektor non manufaktur.
Indeks nonmanufaktur Institute for Supply Management (ISM), yang mengukur kinerja sektor jasa, tercatat mencapai 55,5 persen pada April, turun 0,6 poin persentase dari 56,1 persen pada Maret. Persentase itu menandai angka paling lambat sejak Agustus 2017, kata organisasi manajemen pasokan profesional nirlaba itu pada Jumat (3/5).
Angka tersebut jauh lebih rendah dari perkiraan 57,5 persen oleh para ekonom yang disurvei oleh MarketWatch. Data sektor jasa yang mengecewakan telah sebagian diimbangi statistik angka pekerjaan Amerika Serikat yang kuat pada April.
Total penggajian atau payroll pekerjaan non-pertanian AS meningkat 263 ribu pada April. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 3,6 persen, kata Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Jumat (3/5), menunjukkan pasar tenaga kerja yang bullish.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,31 persen menjadi 97,5208 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1194 dolar AS dari 1,1175 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris menguat menjadi 1,3164 dolar AS dari 1,3027 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik ke 0,7014 dolar AS dari 0,6997 dolar AS.
Dolar AS dibeli 111,09 yen Jepang, lebih rendah dari 111,49 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0174 franc Swiss dari 1,0193 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3427 dolar Kanada dari 1,3470 dolar Kanada.