REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Daarul Qur'an, Ustaz Ahmad Jameel menjelaskan, dalam perkembangannya kurikulum yang diterapkan dalam mendidik santri tahfiz banyak mengambil dari pesantren-pesantren lama.
Karena, sebelum Daarul Quran berdiri sebenarnya sudah ada program tahfiz Alquran di pesantren-pesantren tersebut. Namun, tidak terkelola dengan baik. "Tapi, kurikulum utama kita, ada kurdaqu (kurikulum Daarul Qur'an), yang terdiri dari dirasah islamiyah, tentunya ada muat an ilmu alatnya di sana, seperti nahwu, sharaf, mantiq, balaghah," kata Ustaz Jameel.
Dengan kurikulum Daarul Qur'an tersebut para santri juga diajarkan tentang fikih dan tauhid yang literasinya diambil dari pesantren yang sudah lama. Karena itu, santri tidak hanya menghafal Alquran, tapi juga dibekali dengan ilmu-ilmu keagamaan.
Selain itu, Daqu juga menggunakan kurikulum nasional dalam pendidikan sekolah formal. Walaupun, kata dia, kurikulum nasional tersebut tidak diambil seluruhnya mengingat padatnya jadwal santri tahfiz.
"Jadi, ada kurdaqu dan kurikulum Diknas. Tentunya kita tidak ambil sepenuhnya karena kita kan padat sekali, tapi kuri kulum utamanya adalah tahfiz, karena sudah nempel dengan Daarul Qur'an," jelasnya. Ustaz Jameel menuturkan, dalam kurikukum Daarul Quran juga terdapat Daqu Method yang harus menjadi ke biasa an para santri tahfiz Daarul Qur'an.
Di dalam Daqu Method, santri Daarul Qur'an diwajibkan untuk shalat tepat waktu, berjamaah di masjid, shalat taha jud, shalat dhuha, sedekah, dan puasa sunah. "Ini menjadi amaliah yang tidak boleh lepas dari santri-santri Daqu, termasuk juga membangun nilai keikhlasan dan segala macam, gak boleh lepas," kata Ustaz Jameel.