REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Lucas Moura pertama kali mencuri perhatian di daratan Eropa pada musim panas 2012. Ketika itu, Lucas jadi rebutan tiga klub besar di tiga negara, yakni Inter Milan di Italia, Manchester United di Inggris, dan Paris Saint-Germain (PSG) di Prancis.
PSG jadi pemenang dalam perebutan itu. Lucas mendarat di Paris pada jendela transfer musim dingin, selepas membantu Sao Paulo finis empat besar klasemen Campeonato Brasileiro.
Lucas adalah salah satu nama utama dalam proyek ambisius yang ditegakkan Qatar Sports Investements setibanya mereka di Paris. Kisah Lucas di PSG diwarnai raihan trigelar rutin, kecuali musim 2016/2017, yang kala itu Liga 1 Prancis dijuarai oleh AS Monaco berkat kehadiran remaja sensasional Kylian Mbappe. Mbappe kemudian akan menjadi salah satu alasan tersingkirnya Lucas dari tim utama PSG.
Namun, kisah kesuksesan PSG tak pernah bisa diterjemahkan dengan baik ke kancah antarklub Eropa. Bersama PSG, Lucas paling jauh cuma bisa melangkah ke babak perempat final.
Lantas pada musim 2017/2018, PSG kedatangan Mbappe dan memecahkan rekor nilai transfer 222 juta euro untuk mendaratkan bintang Brasil, Neymar, dari Barcelona.
Datangnya Mbappe dan Neymar praktis membuat Lucas cuma menjadi pilihan kesekian dalam skuat PSG dan pada separuh musim 2017/2018 Lucas cuma main enam kali itu pun selalu turun dari bangku cadangan.
Di tengah keadaan itu, Lucas akhirnya memilih untuk hijrah ke Liga Primer Inggris dan membela Tottenham Hotspur. Di Tottenham, Lucas menjadi salah satu pilihan utama walaupun tak selalu jadi starter, namun rotasi yang diterapkan sang pelatih Mauricio Pochettino jauh lebih bisa diterima.
Meski satu-satunya alasan bagi Pochettino tak memainkan Harry Kane adalah karena cedera, namun Kane bisa mendapatkan pendamping, yakni Lucas ataupun Son Heung-min maupun keduanya dalam sebuah pertandingan.
Lucas perlahan tapi pasti mulai menemukan performa terbaiknya di Tottenham memasuki musim 2018/2019 ini. Lucas yang 'maruk' saat menguasai bola bisa berkompromi dengan permainan tim Tottenham.
Pada laga pamungkas fase penyisihan Grup B Liga Champions melawan Barcelona di Camp Nou, Lucas mencetak satu gol ke gawang tuan rumah untuk memaksakan hasil imbang 1-1 dan membawa Tottenham lolos ke putaran 16 besar.
Lucas dan Tottenham terus melaju hingga mencapai semifinal di mana mereka dinantikan Ajax. De joden berisikan deretan talenta muda yang musim ini berperan jadi pembunuh para raksasa seperti Real Madrid dan Juventus dalam jalan mereka menuju ke semifinal.
Tottenham, yang sudah kalah 0-1 di kandang pada laga pertama, berada dalam situasi terjepit lantaran tuan rumah unggul 2-0 berkat gol Matthijs de Ligt dan Hakim Ziyech saat menutup paruh pertama pertandingan. Sepuluh menit memasuki babak kedua, Lucas 'mencuri' bola dari penguasaan rekannya Bamidele Alli sebelum merangsek ke dalam kotak penalti dan melepaskan tembakan yang sukses menaklukkan kiper Andre Onana.
Hanya empat menit berselang, Lucas kembali mencetak gol ke gawang Ajax setelah ia berhasil merebut bola liar dalam situasi kemelut di dalam kotak penalti usai tembakan Fernando Llorente dihalau tak sempurna oleh Onana. Skor 2-2, namun secara agregat tuan rumah masih unggul 2-3.
Setelah tembakan Ziyech membentur tiang gawang, tandukan Jan Vertonghen ditolak mistar gawang dan kiper Hugo Lloris menghentikan peluang lain dari Ziyech, Ajax sepertinya masih akan melangkah ke final.
Namun, tiba-tiba, sebuah bola sodoran dari Alli di tepian kotak penalti disambar Lucas yang menerobos masuk kotak dan melepaskan tembakan yang memastikan kemenangan Tottenham pada menit kelima injury time. Tottenham tiga, Ajax dua. Tottenham unggul agresivitas gol tandang dalam skor agregat 3-3 atas Ajax untuk melenggang ke final.
Ini akan menjadi final pertama Lucas di Liga Champions, dan Tottenham akan berhadapan dengan Liverpool yang juga menorehkan pembalikan bersejarah di semifinal atas Barcelona.
Sementara PSG, dengan guyuran uang yang gila-gilaan entah kapan akan bisa membuka jalan memenuhi ambisi menjadi raja Eropa, sementara Lucas satu langkah di depan bekas timnya. Lucas bukan cuma jadi penumpang dalam perjalanan Tottenham ke partai final, ia menyarangkan trigol penting untuk mencetak satu tiket ke Wanda Metropolitano, Madrid, tempat laga final akan digelar.
"Sepak bola kerap memberikan momen-momen tak terlupakan seperti ini, yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya," kata Lucas dalam komentar purnalaga di laman resmi UEFA.
"Kami harus menikmatinya. Lihat saya, ini adalah momen terbaik di karier saya, sepanjang hidup saya," tutupnya.
Apapun hasil di Madrid nanti, Lucas telah menjadi bagian dua tim finalis yang memang patut menempatkan diri dalam partai puncak untuk memperebutkan trofi Si Kuping Besar.