Sabtu 11 May 2019 10:01 WIB

Arsenal Memilih Jalan Lain Menuju Eropa

Arsenal kemungkinan akan lebih memilih trofi Liga Europa demi tiket Liga Champions.

Rep: Frederikus Bata, Nawir Arsyad Akbar, Anggoro Pramudya, Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Didi Purwadi
Ekspresi gelandang Arsenal Matteo Guendouzi (kiri) dan penyerang Pierre-Emerick Aubameyang setelah Arsenal memastikan lolos ke final Liga Europa.
Foto: AP Photo/Alberto Saiz
Ekspresi gelandang Arsenal Matteo Guendouzi (kiri) dan penyerang Pierre-Emerick Aubameyang setelah Arsenal memastikan lolos ke final Liga Europa.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Arsenal sulit rasanya merebut tiket Liga Champions lewat jalur liga domestik. Dengan tersisa satu laga Liga Primer Inggris, The Gunners kecil kemungkinan bisa finis di posisi empat besar. Meski, secara hitungan matematis, peluang tersebut masih tetap terbuka namun tipis sekali.

Arsenal kini menempati posisi kelima klasemen dengan 67 poin dari 37 pertandingan. Mereka terpaut delapan poin dari Tottenham Hotspur yang berada di posisi keempat.

Sementara, Chelsea sudah menggenggam tiket Liga Champions dengan mengantongi 71 poin di posisi ketiga klasemen. Jikapun kalah dari tuan rumah Leicester City di laga terakhir, klub pemilik julukan The Blues itu tetap tidak tergeser dari posisi empat besar.

Manchester City dan Liverpool masih harus bersaing ketat hingga laga terakhir untuk keluar sebagai juara Liga Inggris musim ini. City memimpin sementara dengan selisih satu angka dari Liverpool yang menempel di posisi kedua dengan 94 poin.

Peluang Tipis

Arsenal secara peluang masih bisa menggeser Spurs dan mengamankan tiket Liga Champions. Syaratnya, the Gunners wajib menang besar pada laga terakhir di markas Burnley guna mengejar defisit 8 gol dari Spurs. Pada waktu bersamaan, Tottenham juga takluk dengan skor besar dari Everton.

‘’Kami belum puas dengan posisi kami saat ini. Kini, kami harus bisa memberikan peforma terbaik kami di laga terakhir (kontra Burnley),’’ kata Pelatih Arsenal, Unai Emery, di laman resmi klub.

Liga Inggris menggunakan selisih gol untuk menentukan peringkat dua tim yang nilai poinnya sama. Andai selisih gol kedua tim sama, tim paling produktif yang menang.

Untuk urusan produktivitas, Arsenal lebih baik dengan menjaringkan 79 gol. Tottenham hanya melesakkan 65 gol. Tottenham lebih rapat di pertahanan dengan kemasukan 37 gol, sementara Arsenal kebobolan 49 gol.

Arsenal secara matematis masih mungkin finis keempat, namun butuh keajaiban untuk mewujudkannya. Sebab, sulit rasanya membayangkan Tottenham takluk dengan skor besar di kandang sendiri. Sementara, Arsenal tercatat sebagai tim yang paling sering kehilangan poin di enam laga terakhir Liga Inggris.

Momok tersebut kembali menerpa Arsenal di akhir kompetisi musim ini. Dalam enam laga terakhir, Arsenal hanya mampu memetik satu kemenangan dan satu hasil seri. Empat laga lainnya berakhir dengan kekalahan bagi Arsenal.

Untungnya, tim asal London Utara itu memiliki catatan apik tiap tampil di laga terakhir musim. The Gunners tidak pernah kalah di laga pamungkas Liga Primer sejak musim 2004/2005.

Rekor apik ini ditambah dengan catatan ciamik pertemuan dengan Burnley. Dalam sembilan kali lawan klub berjuluk The Clarets ini, Arsenal selalu berhasil memetik kemenangan.

Kendati begitu, Burnley tentunya juga tidak ingin menutup musim dengan kekecewaan. Setelah bisa memastikan diri bertahan di kancah Liga Inggris, tim besutan Sean Dyche itu bertekad memetik kemenangan di laga terakhir. Apalagi laga akan dilangsungkan di Stadion Turf Moor, markas kebanggaan mereka.

Jalan Lain

Arsenal kemungkinan akan lebih memilih menjadi juara Liga Europa daripada mengincar posisi empat besar Liga Inggris demi meraih tiket Liga Champions 2019/2020. ‘’Tuntutannya tinggi dan semua orang menginginkannya sebagai juara, bukan hanya jalan (ke Liga Champions)," kata Emery.

Armada the Gunners akan bertemu Chelsea pada partai puncak Liga Europa. Laga sesama tim Inggris berlangsung di Stadion Olimpiade Baku, Azerbaijan, Rabu (29/5) malam WIB.

Jika memilih trofi Liga Europa, Emery punya pengalaman dalam memenangkannya. Ia sukses mengoleksi tiga gelar juara Liga Europa saat menukangi Sevilla pada musim 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016.

‘’Ini gelar penting bagi semua tim yang tidak berada di Liga Champions,’’ ujarnya. ‘’Pertama kali saya memenangkannya bersama Sevilla, kami tidak mendapatkan akses Liga Champions. Kedua kalinya, kami berhasil.’’

Arsenal semakin berambisi meraih gelar Liga Europa bukan hanya demi tiket Liga Champions. Arsenal selama ini hanya memiliki dua gelar Eropa sepanjang sejarah mereka: Piala Fairs 1994 dan Piala Winners 1970. ''Jadi, saya punya banyak ambisi untuk memenangkan gelar,'' tegas Emery.

Raihan trofi Liga Europa musim ini sekaligus menjadi ajang pembuktian Emery. Mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG) dan Sevilla itu dihujani kritik karena tidak mampu membawa Arsenal bersaing di tiga besar klasemen Liga Inggris. Ia juga gagal dalam perebutan gelar Piala Liga Inggris serta Piala FA.

Trofi Liga Europa pun akan menjadi momen indah bagi kiper Arsenal, Petr Cech (36), yang akan pensiun pada akhir musim 2018/2019 ini. ‘’Mimpi terakhir saya, memainkan final kompetisi Eropa ini bersama Arsenal dan mimpi itu menjadi kenyataan,’’ ujar sosok yang pernah menjadi bagian dari sejarah kegemilangan Chelsea itu.

Banyak alasan bagi Arsenal memilih trofi Liga Europa daripada posisi empat besar Liga Inggris demi tiket Liga Champions 2019/2020. Dan, Gunners tidak punya pilihan kecuali memilih ‘jalan lain’ tersebut: juara Liga Europa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement